All Chapters of Cinta Mati Bersama Kepergian Buah Hati: Chapter 131 - Chapter 140

Namun setelah Devan bicara demikian, baik Scarlett maupun Vivian sama-sama tidak bisa lagi berpura-pura seolah Scarlett tidak ada di sana.Vivian menurunkan suaranya dan berbisik pada Pamela, "Kenapa Scarlett ada di sini? Pamela, jangan-jangan kamu salah orang?" Meski nadanya seolah berusaha diredam, ucapannya tetap terdengar jelas oleh Scarlett.Scarlett tahu, Vivian sengaja membuatnya mendengar.Pamela menjawab santai tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Mana mungkin salah? Aku tahu banget apa yang dipikirin kakakku. Vivian, kamu santai saja dan nikmatin waktu bareng Kak Devan, sisanya biar aku yang urus."Sambil berkata demikian, Pamela langsung mendorong Vivian ke sisi Devan. "Kak, kamu juga sih. Nikmatin aja Hari Valentine bareng Kak Vivian, biar aku yang antar dia pulang," katanya sambil menarik lengan Scarlett menuju pintu keluar taman hiburan.Scarlett melihat Devan tidak berusaha menghentikan Pamela. Untung saja, dia sudah terbiasa. Di antara dirinya dan Vivian, Devan selalu ak

Kalau benar ingin membuat Devan dan Scarlett bercerai, Vivian tahu, dia harus menggunakan cara lain. Dia mengeluarkan sebungkus bubuk obat dari tas kecilnya, lalu menuangkannya ke segelas anggur di sampingnya.Obat itu didapatkannya dari seseorang yang dia percayai. Begitu Devan meminumnya malam ini, maka dia dan Devan akan .... Setelah itu, urusan "anak" akan menjadi hal yang wajar untuk dibicarakan.Membayangkan apa yang mungkin terjadi malam nanti, pipi Vivian memanas. Napasnya sedikit tersengal, dadanya terasa berdebar lebih cepat."Kak Vivian, kamu lagi ngapain?"Suara Pamela tiba-tiba terdengar dari belakang, memecah lamunannya. Vivian kaget luar biasa. Dia buru-buru menggenggam erat bungkus kosong obat itu di telapak tangannya dan berkata gugup, "Kenapa kamu tiba-tiba masuk?"Melihat reaksi Vivian yang terlalu panik, Pamela mengira dirinya hanya membuatnya terkejut. Tanpa curiga sedikit pun, dia menjelaskan, "Pintumu nggak dikunci, jadi aku langsung masuk saja."Vivian menarik n

Setelah diperiksa, dokter menemukan bahwa suhu tubuh Pamela masih agak tinggi. Mereka pun memutuskan untuk menahannya di rumah sakit dan memasangkan infus untuk menurunkan panasnya.Setelah semalaman penuh kekacauan, langit di luar akhirnya mulai terang. Scarlett sendiri sudah sangat lelah, tapi masih memaksakan diri turun ke lantai bawah rumah sakit untuk membeli sarapan. Begitu kembali ke kamar pasien, dia meletakkan makanan di meja samping tempat tidur."Aku sudah kirim pesan ke ibumu. Begitu dia bangun, dia akan datang menjemputmu," kata Scarlett datar. "Soal kamu yang tadi sempat kena obat, aku nggak bilang apa-apa. Kalau kamu mau kasih tahu sendiri, itu terserah kamu. Kalau sudah nggak apa-apa, aku pulang dulu.""Tunggu sebentar," suara Pamela terdengar pelan.Scarlett menoleh, tidak tahu apa lagi yang ingin dia katakan. Setelah bergadang semalaman, wajahnya tampak pucat, ekspresinya juga tanpa banyak emosi.Pamela menatap Scarlett dengan sedikit terpaku. Selama ini, Scarlett sel

Menurut aturan perusahaan, setiap proses wawancara memang harus melalui atasan langsung. Namun, kepala HR tahu betul hubungan antara Henry dan Scarlett. Secara jabatan, Scarlett memang adalah kepala bagian teknik. Namun di balik layar, dia dan Henry sedang dalam masa pertaruhan. Jika dalam sebulan Scarlett gagal menepati janjinya, dia harus angkat kaki dari UME.Setelah menimbang sejenak, kepala HR akhirnya menyerahkan berkas lamaran itu kepada Henry. "Para kandidat sudah menunggu di luar," katanya pelan.Henry hanya mengeluarkan gumaman pendek sebagai jawaban, lalu membawa berkas-berkas itu masuk ke ruang wawancara.Kepala HR memandang punggungnya yang tinggi dan arogan, sedikit kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapun, Henry sudah lama bekerja di UME. Posisinya kuat dan kemampuannya di bidang teknik memang diakui. Bahkan Mavin pun tidak bisa berbuat banyak terhadapnya.Sekitar sepuluh menit kemudian, Henry keluar dari ruang wawancara. Dari belasan berkas yang tadi dia bawa

"Bu Scarlett, kamu seharusnya tahu arti dari produk baru, 'kan? Jangan Cuma ubah beberapa parameter lalu bilang ini produk baru. Itu bukan cuma buang waktumu, tapi juga buang waktuku."Waktu yang diberikan hanya 20 hari, bagaimanapun juga Henry tidak percaya Scarlett bisa menciptakan produk baru yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.Scarlett menggeleng. "Bapak sebaiknya lihat sendiri saja."Barulah Henry mengambil proposal itu.Awalnya, ketika melihat bahwa Scarlett masih menggunakan teknologi dan algoritma internal perusahaan, dia sama sekali tak terkesan. Semuanya tampak standar dan aman, tanpa kesalahan mencolok.Namun begitu membaca bagian berikutnya, Henry merasakan ada sesuatu yang berbeda. Dia duduk lebih tegak dan wajahnya mulai serius. "Ini kamu yang buat sendiri?""Pak Mavin juga sempat bantu sedikit," jawab Scarlett jujur.Dari dulu juga begitu. Di bagian algoritma, Mavin selalu bisa menutupi kekurangan Scarlett dengan sangat baik.Mendengar itu, harapan di hati Henry la