All Chapters of Cinta Mati Bersama Kepergian Buah Hati: Chapter 71 - Chapter 80

'Huh. Nggak ada tanda tangan, nggak ada surat otorisasi. Kalau begitu, bawa seekor anjing pun bisa mengaku teknologi itu hasil karyanya sendiri. Bagaimanapun, nggak ada bukti.'Itulah yang dipikirkan Henry, meski dia tidak mengatakannya. Seperti yang dia bayangkan tadi, Mavin memang tidak punya bukti nyata bahwa teknologi itu dibuat oleh Scarlett. Namun di sisi lain, dia sendiri juga tidak punya bukti untuk membantahnya.Dengan Mavin yang jelas-jelas sudah berniat melindungi Scarlett, perdebatan ini jadi tidak ada gunanya.Henry akhirnya berkata, "Baiklah, meskipun benar itu hasil karyanya, dia sudah keluar dari dunia kerja selama lima tahun. Teknologi selalu berkembang, lima tahun terakhir sudah berganti beberapa generasi. Sekarang dia baru saja kembali ke dunia kerja, apa dia bisa mengikuti perkembangan teknologi?"Tanpa menunggu jawaban Mavin, Henry melanjutkan, "Itu masalah nanti, bisa kuabaikan dulu. Tapi saat ini, rantai investasi UME sudah terputus. Karena dia, kamu menolak inve

Asisten itu meletakkan formulir penerimaan kerja di atas meja. Saat melihat Fadil bertanya tentang Scarlett, dia pun menceritakan isi telepon barusan kepadanya.Di ruang presiden direktur, Fadil menyampaikan jawaban HRD itu apa adanya kepada Devan.Mendengarnya, Devan langsung mengernyitkan dahi. Dia benar-benar tidak memahami apa yang sedang dipikirkan Scarlett.Scarlett sudah bertahun-tahun meninggalkan dunia kerja. Di tengah situasi lapangan kerja yang ketat sekarang, sekalipun dia berhasil menemukan pekerjaan, kemungkinan besar hanya perusahaan kecil yang tidak begitu dikenal.Belum lagi mengesampingkan hubungan pribadi mereka. Dari segi objektif saja, fasilitas dan perlakuan yang diberikan Grup Laksmana kepada karyawannya adalah yang terbaik di Kota Nordigo.Scarlett bukannya memilih tetap di Grup Laksmana, malah pergi ke perusahaan lain. Apa yang ada di pikriannya?Namun, Devan tidak terlalu memikirkannya. Dia sudah memberi Scarlett waktu untuk membereskan segala kekacauan. Hari

Berdasarkan pengalamannya sebelumnya, agen itu pun mulai menyusun alur cerita di kepalanya.Sudah jelas, Mavin pasti kaya raya. Bahkan gajinya sepuluh kali lipat seumur hidup pun tidak akan mampu membeli mobil seperti milik Mavin yang terparkir di bawah itu. Jadi menurutnya, Mavin pastilah seorang anak konglomerat.Sementara itu, terlihat jelas juga bahwa Scarlett tidak punya uang. Namun, pakaian dan barang-barang di tubuhnya semuanya bermerek. Kemungkinan besar, dia adalah ibu rumah tangga yang dulunya hidup di keluarga kaya raya.Sekarang, si ibu rumah tangga itu sudah diusir keluar dari istana megahnya dan Mavin ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke hidup wanita itu. Scarlett mungkin benar-benar tinggal di sini karena sudah tidak punya uang. Akan tetapi, Mavin menyewa rumah di tempat ini alasannya jelas adalah untuk mengejar wanita itu.Agen itu pun mengusap tangannya dengan penuh semangat. "Pak Mavin, urusan seperti ini saya berpengalaman. Saya bisa bantu cari cara untuk

Namun harus diakui, perkataan dari agen itu sempat membuat Mavin goyah. Andai dulu dia bisa lebih berani untuk mengatakan perasaannya dengan jujur pada Scarlett, mungkinkah pernikahan dengan Devan bisa dihindari? Andai dia bisa lebih tegas, apakah semuanya akan berbeda ...."Ada apa? Susah ditangani ya?"Saat Mavin terhanyut dalam pikirannya, Scarlett memperhatikan gerakannya terhenti. Dia mengira rambutnya benar-benar tersangkut di ritsleting. Scarlett menoleh dengan sedikit khawatir. "Kalau memang nggak bisa, pakai gunting saja." Hanya saja, baju ini pasti jadi rusak.Mendengar ucapannya, Mavin kembali tersadar. Dia buru-buru mengalihkan pandangan dan mengenyahkan pikirannya tadi, lalu menarik ritsleting kembali. "Sudah."Scarlett mengembuskan napas lega. "Syukurlah."Melihat sorot mata Scarlett yang penuh suka cita tanpa sedikit pun waspada terhadapnya, Mavin hanya bisa mengatupkan bibir rapat. Jantungnya berdebar kencang memikirkan perasaan yang tadi sempat menyeruak.Mavin merasa

"Selain itu, setelah bersama sekian lama, kamu pasti juga tahu, Devan itu nggak suka dipaksa. Kalau kamu lebih sering bicara baik-baik dengannya, dia nggak akan sampai sekejam ini padamu. Uang bulanan yang seharusnya kamu terima, cepat atau lambat juga akan dipulihkan."Begitu kalimat itu selesai, Scarlett mendengar bunyi notifikasi transfer masuk."Datang dalam setengah jam. Kalau nggak, sup akan dingin," ucap Violeta, lalu panggilan itu pun langsung terputus.Scarlett menatap pesan yang menunjukkan nominal transfer sebesar dua juta, lalu tersenyum miris.Violeta punya banyak uang dan tidak segan menghamburkannya. Sekali makan steik di luar, tip untuk pelayan saja bisa lebih dari empat juta. Scarlett tahu jelas, bukan karena Violeta tidak rela memberi lebih, melainkan takut dirinya jadi terbiasa dan makin banyak menuntut.Kalau dulu, mungkin Scarlett akan menolak menerima uang itu. Namun sekarang, Scarlett menganggapnya sebagai ongkos jasa antar sup dari Violeta, jadi tidak merasa apa