Pagi menyapa, matahari menyusup pelan lewat tirai kamar Dion. Anak itu masih meringkuk di atas tempat tidur, boneka dinosaurusnya dipeluk erat, sementara Anetta menatap wajah polosnya dengan rasa waswas. Pesan Anthony semalam masih terpampang di layar ponselnya.“Besok. Aku akan jemput Dion sendiri. Jangan coba hentikan aku, Tata.”Kata-kata itu terus menempel di kepala Anetta sepanjang pagi, lebih kuat daripada kopi apa pun.Di meja sarapan, Dion sudah duduk dengan rambut berantakan, menguap lebar. “Ma, roti hari ini jangan gosong lagi ya,” godanya sambil terkekeh.Anetta melotot pura-pura sebal. “Hei, kamu kira Mama tukang bakar arang?”Dion nyengir, lalu buru-buru menutup mulut karena tawa terlalu keras. “Iya deh, Mama cantik, jago masak. Tapi suka panggang roti kematengan.” Celetuk Dion sembari terkekeh geli.“Baru enak didengar, eh udah dijatuhin lagi.” Anetta mencomot roti dan menempelkan ke pipinya. Dion meringis geli, berusaha kabur.Momen kecil itu sejenak membuat Anetta lupa
Last Updated : 2025-09-30 Read more