Dia menutup telepon, meletakkan ponselnya di kursi, dan memijat dahinya.Sedetik kemudian, Shania menelepon lagi, protes dengan marah, "Simon, kenapa kamu nggak datang tadi malam?""Kamu beneran mau memaksaku jadi gila? Kamu sudah janji, mau menyetujui apa pun permintaanku."Simon terdiam dan mengangkat kelopak matanya, memperlihatkan kilatan tajam. Dia berkata dengan sedikit menggeram, "Setuju untuk menceraikan istriku?""Shania, sudah delapan tahun berlalu. Kamu sudah bertambah tua, tapi pikiranmu masih sama saja?"Shania meledak. "Kamu punya utang padaku! Kamu ingin mengingkari janji?"Saat di rumah sakit hari itu, dia menuntut Simon untuk menceraikan istrinya.Simon menjawab, "Boleh, apa susahnya bercerai."Dia kira Simon benar-benar setuju. Tapi sebelum menikmati kegembiraannya, pria itu memberinya tatapan kejam dan berkata dengan tajam."Tapi tunggu aku mati dulu."Apa istimewanya wanita itu sampai Simon berkata seperti ini!"Kalau kamu butuh suami, cari saja sendiri. Jangan gang
Baca selengkapnya