Ternyata Suami Orang의 모든 챕터: 챕터 41 - 챕터 50

Evelyn memicingkan matanya saat melihat seseorang, namun karena tertutup padatnya kendaraan membuat Evelyn sedikit kesulitan melihat orang tersebut. Evelyn sampai memutar tubuhnya memastikan apakah penglihatannya salah atau benar, “Itu kayak istrinya Dafa tapi… ngapain dia di bar jam segini kayak gak ada kerjaan aja,” gumam Evelyn. Sedangkan Bima hanya kebingungan melihat Evelyn dari kaca spion yang tiba-tiba mengubah topik pembicaraannya dan bergumam sendiri. “Apa ada sesuatu nona?” Tanya Bima memastikan sesuatu. “Enggak kok, cuma kayak lihat seseorang aja,” jawabnya. Evelyn kembali duduk bersandar mengigit jari-jarinya sembari berfirkir Lagi dan lagi Evelyn mengingat Dafa membuat moodnya semakin buruk hingga tanpa sadar ia menggigit jarinya sendiri karena kesal saat mengingat wajah Dafa. “Awwhh…” ringis Evelyn. “Ada apa nona?” Bima heran dengan Evelyn, gad

Evelyn menggeleng pelan, pikirannya kalut. Ia benar-benar tidak menyangka Kayla tega berkhianat di belakang Dafa dengan cara yang licik itu. Khawatir ketahuan, Evelyn tidak membuang waktu. Ia memutar badan dan beranjak pergi dengan langkah yang sedikit dipercepat. Dan saat ini Evelyn masih duduk di kursi penumpang, sementara Bima fokus mengemudikan mobil, Selama perjalanan, Evelyn hanya menatap kosong ke luar jendela. Di dalam hati, ia terus mengutuk perlakuan Kayla yang tidak masuk akal itu. “Bener-bener cewek gila, gak tau diri bisa-bisanya dia selingkuhin Dafa.” Sedangkan Bima hanya menatap heran Evelyn melalui kaca spion mobil, dari berangkat hingga pulang wajah gadis itu selalu kesal. “Nona apa ada masalah lagi?” Tanyanya. Evelyn menatap Bima sekilas, “Kau fokuslah menyetir Bima jangan hiraukan aku.” “Baik nona.” Mengabaikan Bima, Evelyn kembali larut dalam pikirannya, “Aku harus gimana, apa Dafa tahu soal ini? Kalau dia nggak tahu kasihan banget. Apa aku kasih tahu

Malam ini, Evelyn sangat gelisah, merasa sangat terganggu oleh skandal perselingkuhan Kayla, meskipun ia tahu betul bahwa semua itu bukan urusannya. Evelyn berjalan mondar-mandir didalam kamarnya sembari berpikir apa yang harus dia lakukan. “Aku gak bisa kayak gini terus, aku harus hubungi Dafa,” Evelyn mencari kontak nama Dafa dan langsung menghubungi Dafa malam itu juga. 1 panggilan tidak terjawab membuat Evelyn mendesah kecewa. Evelyn membuka pintu balkon kamarnya. Ia melangkah keluar, menuju pagar dingin, dan menggenggamnya erat sambil menatap lurus ke langit malam yang sunyi. Angin berhembus pelan, seirama dengan desah napasnya yang terasa berat. Kegelisahan tentang perselingkuhan Kayla sebuah masalah yang seharusnya tak memengaruhinya masih berputar-putar dalam benaknya, membuatnya terasa sesak di tengah keheningan malam. “Apa aku harus seperduli ini dengan seseorang apalagi orang itu sudah memiliki istri,” Evelyn be

“Oke sekali lagi terima kasih,” ucap Dafa Ia melihat evelyn yang mulai menjauh, awalnya Dafa ingin menolak ajakan Evelyn untuk bertemu tapi entah kenapa hatinya mengatakan bahwa dirinya harus menerima tawaran gadis itu. Dan ternyata Evelyn membawa surprise untuknya. “Sial! Awas saja kau Kayla!” Kemarahan memuncak dalam diri Dafa. Genggaman tangannya mengeras, mencengkeram kekosongan di udara saat bayangan kelakuan bejat Kayla melintas. Minuman yang dingin itu terabaikan, tak disentuh sedikitpun di atas meja. Suara nyaring dari kafe itu dentuman musik dan tawa para pengunjung melayang, tak tertangkap oleh indra pendengarannya. Fokus Dafa telah sepenuhnya ditarik masuk ke dalam pusaran ingatannya yang pahit. Dafa segera menyambar kunci motornya dan tanpa pikir panjang, ia meninggalkan kafe itu. Jalanan malam yang lenggang memberinya izin ia memacu motornya dengan kecepatan penuh, membiarkan angin membelah amara

Entah mengapa, benak Evelyn tak henti-hentinya dihantui oleh Dafa firasat buruk menyelimuti perasaannya terhadap pria itu. Sudah sejak tadi Evelyn berusaha memejamkan mata, namun bayangan Dafa terus mengusik dan menghalangi tidurnya. Evelyn terbangun, lalu menggeser tubuhnya untuk bersandar pada kepala ranjang. “Hufft… kenapa aku harus segila ini mikirin suami orang.” Evelyn mendongak, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari, lalu mengembuskan napas panjang. “Besok ada briefing jam 7 pagi kalau aku gak cepet-cepet tidur pasti tanduk daddy langsun naik.” Tangan Evelyn meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dengan jari-jari lentiknya, ia membuka sebuah aplikasi, lalu mengetik nama Dafa di kolom pencarian. “Aku hubungi aja deh dari pada penasaran,” gumamnya. Setelah profil Dafa terbuka, jari Evelyn yang lentik terdiam sejenak di atas kolom chat sebelum ia akhirnya mulai mengetikkan kata-kata. [“Dafa, apa kamu baik-baik aja?”] Pesan yang baru dikiri