Mobil yang dikemudikan Abra berhenti tepat di depan stasiun. Serayu meraih tasnya, bersiap turun, namun lengannya ditahan lelaki itu. “Saya nggak ikut turun,” ucap Abra datar. Serayu hanya tersenyum tipis, mengangguk pelan. “Jangan senyum-senyum. Jelek,” sindir Abra dengan tatapan sinis. “Terima kasih ya, Mas,” balas Serayu lembut. “Sama-sama,” jawab Abra cepat. Saat Serayu hendak membuka pintu, Abra kembali menahannya. “Ingat, tugasmu di sana apa?” Serayu tampak berpikir sejenak sebelum menjawab ragu, “Seminar?” Abra mengangguk singkat. “Jaga sikapmu di sana. Kamu tahu sebagian orang di sana sudah mengenal siapa kamu.” “Iya, Mas. Aku paham,” sahut Serayu serius. Abra menggerakkan kepalanya, memberi isyarat agar Serayu turun. Dari balik kemudi, ia memperhatikan langkah wanita itu. Tanpa sadar, bibirnya melengkung tipis ketika Serayu menoleh sambil melambaikan tangan ke arahnya. Detik itu juga, kesadarannya menampar—menatap Serayu sedalam itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak
Last Updated : 2025-09-29 Read more