Abra memiringkan wajahnya perlahan, mendekat. Sementara itu, Serayu sudah lebih dulu memejamkan mata, napasnya tercekat di tenggorokan. Namun sebelum bibir mereka sempat bertemu, Serayu justru memajukan tubuhnya dan memeluk Abra erat—menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu. Abra memejamkan mata, menahan napas–sadar dirinya tak terkendali. Sementara di pelukannya, Serayu hanya diam, membiarkan detak jantung mereka saling bersahutan dalam jarak yang nyaris tak ada. Abra menunduk, menempelkan bibirnya lembut di puncak kepala Serayu. Sesaat kemudian, ia menarik diri, melepas pelukan itu, lalu pergi meninggalkan Serayu tanpa sepatah kata. Apa itu barusan? pikir Serayu, kebingungan. Apa Abra kecewa padanya? Jantungnya berdetak cepat, hatinya justru terasa perih. Ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya kala melihat punggung lelaki itu menghilang di balik pintu. Berbeda dengan keheningan di kamar itu, di rumah Riani suasana justru memanas. Riani mengerang kesal, rahangnya men
Last Updated : 2025-10-06 Read more