Usapan lembut dan tatapan dalam dari Abra membuat Serayu semakin terpaku. Ada sesuatu di mata itu—sebuah hasrat yang seolah terbendung.“Serayu,” panggil Abra lembut.“Serayu!”Wanita itu tersentak, tersadar dari lamunannya saat nada suara Abra meninggi sedikit. Ia melirik sejenak, lalu buru-buru memalingkan wajah, menutup matanya rapat, bibirnya terlipat menahan resah. Ingin sekali ia mengetuk kepalanya sendiri karena berani berkhayal senakal itu.“Naiklah,” ucap Abra.Serayu hanya mampu mengangguk. Perlahan, dengan gerakan hati-hati, ia naik ke atas ranjang. Baru saja hendak berbaring, suara Abra membuatnya mengurungkan niat.“Sepertinya ini saat yang tepat,” katanya ambigu.Serayu menoleh, menatap Abra dengan bingung. Wajah lelaki itu terlihat serius, membuat jantungnya berdentum lebih kencang.“Sa—saat yang tepat?” tanyanya lirih, sementara pikirannya kembali nakal, mengingat jelas bayangan lamunan yang baru saja ia usir.“Hmm, jelaskan maksud kamu tadi pagi, tentang masa lalu saya
Last Updated : 2025-09-23 Read more