Hari-hari berlalu. Serayu tetap menjalani tugasnya seperti biasa—memenuhi kebutuhan Abra. Sejak hari itu, rutinitasnya tak pernah berubah. Lelaki itu pun mulai terbiasa dilayani, seolah ingin selalu diurus oleh sang istri. Namun, sesekali jika Abra bangun lebih awal dia yang membuat sarapan sederhana. Sementara, Serayu menyiapkan pakaian kerjanya atau sekadar merapikan kamar lelaki itu. Entah mengapa, belakangan kamar Abra selalu berantakan, namun Serayu tetap menatanya tanpa protes. Akhir pekan ini, keduanya libur. Saat Serayu sedang merapikan kamar lelaki itu, Abra masuk membawa nampan berisi sarapan. Serayu menoleh, sedikit terkejut melihatnya dengan kening mengerut. Lelaki itu tersenyum kecil, berlalu. “Sarapan bareng saya di balkon, ya,” ajaknya. “Saya sarapan di kamar saya saja, Mas,” tolak Serayu halus. Belum sempat ia melangkah ke pintu, Abra meletakkan asal nampan di meja kerja dan segera mengejarnya. “Rayu, makan sama saya, ya,” pintanya lirih. “Lepas, Mas,” ucap Seray
Last Updated : 2025-10-16 Read more