All Chapters of Terperangkap Hasrat Anak Tiriku: Chapter 91 - Chapter 100

“Tu—tuan Regan!!” seru asisten rumah tangga itu gagap.Regan baru datang. Usai bersitegang dengan Sera, Regan memutuskan mencari pelampiasan ke bar semalam. Tentu saja dengan memesan wanita panggilan seperti biasanya.Tadinya Regan hendak masuk langsung ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat asisten rumah tangganya yang terlihat bingung. Tidak hanya itu, ia juga mendengar sesuatu dalam gumamannya.“Iya, memangnya siapa lagi yang kamu lihat.”Wanita paruh baya itu terdiam sambil menundukkan kepala memberi hormat.“Kalau Tuan Regan di sini, berarti benar yang keluar dari kamar Nyonya Sera adalah Tuan Axel. Itu artinya mereka --- .”Untung saja wanita paruh baya tersebut berceloteh dalam hati, kalau tidak Regan pasti mendengar semuanya. Lalu ia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika bapak dan anak ini saling bertikai.“Maaf, Tuan. Saya … harus menyelesaikan pekerjaan.

“Terima kasih atas kerja sama ini, Tuan Axel. Saya yakin Anda tidak akan menyesal,” ucap seorang pria paruh baya sambil menjabat erat tangan Axel.Axel hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala menyambut jabat tangannya. Sudah hampir dua jam pembicaraan bisnis ini terjadi dan berakhir dengan kesepakatan mereka berdua.“Saya akan menyiapkan segala sesuatu sehingga Anda bisa memeriksanya lebih dulu, Tuan,” imbuh pria tersebut.“Iya, saya akan menunggu.”Selanjutnya pria paruh baya itu sudah berpamitan undur diri meninggalkan tempat lebih dulu. Kini tinggal Axel dan Sera yang masih berada di kafe tersebut.Sera terlihat merapikan beberapa berkas sedangkan Axel sibuk dengan ponselnya.“Apa lagi jadwalku setelah ini?” tanyanya tanpa melihat Sera.“Ada kunjungan ke pabrik. Hari ini mesin yang kita pesan datang dan sudah seharusnya kamu melakukan inspeksi.”Axel manggut-man

“Tidak hanya itu, Tuan. Bahkan Tuan Axel menggendong Bu Sera sejak dari parkiran sampai ruangannya,” imbuh Jody.Regan terdiam, alisnya mengernyit dengan kening yang ikut berkerut.Mengapa Axel tiba-tiba mengendong Sera? Dalam jarak yang cukup jauh lagi. Apa Axel sengaja melakukannya? Tapi, untuk apa? Apa dia tidak mempertimbangkan pandangan karyawan padanya?Kini beberapa tanya itu bergelantungan di benak Regan. Pria paruh baya itu memang mencurigai interaksi anak dan istrinya, tapi ia tidak akan menerima mentah-mentah informasi yang didapat.“Mereka terlihat mesra sekali, Tuan. Seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran saja,” imbuh Jody.Rahang Regan menegang saat mendengar tambahan penjelasan dari Jody. Ia menikahi Sera memang bukan karena cinta, tapi ia juga tidak mau jika Sera berpaling darinya.“Kamu yakin yang kamu lihat?” Pada akhirnya Regan mulai bersuara.Jody mengangguk dengan tergesa

Regan semakin meradang saat tahu Axel telah meletakkan Sera ke dalam mobilnya kemudian melaju lebih dulu meninggalkan kantor.“Apa gak masalah membuat papamu marah, Axel?” tanya Sera.Mereka sudah di dalam mobil perjalanan meninggalkan kantor. Axel hanya mengulum senyum sambil melirik reaksi Regan melalui kaca spion.“Mobil Papa terjepit, Sera. Aku kesulitan menjangkaunya tadi. Jadi kamu naik mobilku saja. Toh, nanti kita bertemu di rumah.”Sera tersenyum sambil menganggukkan kepala mendengar jawaban Axel. Sementara itu, Regan hanya diam, menatap kesal sambil mulai menjalankan mobil. Kakinya masih sakit akibat terantuk tadi, rasanya dia tidak menyalahkan tindakan Axel seratus persen kali ini.Selang beberapa saat kemudian mobil Axel lebih dulu tiba. Sama seperti tadi, ia langsung menggendong Sera dan membawanya masuk rumah sampai kamar. Para asisten rumah tangga yang melihat ulah mereka terkejut dibuatnya.“Apa telah terjadi sesuatu pada Nyonya Sera, Tuan Axel?” tanya salah satu asist

Regan mendengkus sambil memijit keningnya. Kepalanya masih pusing. Ia juga dalam keadaan setengah mabuk. Sehingga Regan berpikir apa yang ia lihat barusan tidak terjadi di kenyataan.Keesokan harinya, Axel dan Sera sudah duduk di ruang makan menikmati sarapan pagi. Tak lama Regan datang ikut bergabung bersama mereka.Axel tampak terrkejut melihat kehadiran papanya.“Aku pikir Papa tidak pulang semalam,” ujar Axel.Regan tersenyum samar sambil menatap Axel dengan tajam.“Memangnya kenapa? Apa ada yang ingin kamu bicarakan dengan Papa?”Axel tersenyum sekilas kemudian ia menggeleng, Perlahan ia melirik Sera yang duduk di depannya. Lewat isyarat mata, ia mencoba bertanya jam berapa Regan datang. Namun, sepertinya Sera tidak tahu.Ia dan Regan memang sudah tidak sekamar sehingga Sera tidak tahu menahu soal aktivitas suaminya. Entah mengapa Axel khawatir, Regan tahu soal aktivitas mereka setiap malam di kamar Sera.Namun, perlahan Axel menepis kekhawatirannya. Bukankah hal ini yang sedang