Semua Bab Terperangkap Hasrat Anak Tiriku: Bab 71 - Bab 80

Sera segera masuk ke kamar. Ia sangat lelah hari ini dan ingin segera terlelap. Untung saja Regan belum datang sehingga ia bisa dengan leluasa mengembali berkas penikahan yang tadi pagi dibawanya.Tanpa suara, Sera membuka laci penyimpanan di dalam lemari kemudian meletakkan semua berkas pernikahannya di sana.“Semoga saja Regan tidak curiga jika berkas ini sempat menghilang,” gumam Sera.Ia sudah menutup rapat laci bersiap menutup pintu lemari, tapi Sera langsung terjingkat kaget saat melihat Regan sedang berdiri bersedekap di balik pintu lemari.“REGAN!!!”Mata Sera membola seperti mau lepas dari tempatnya. Tidak hanya itu, jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat.Ia pikir Regan belum pulang, bahkan ia tidak melihat mobilnya di garasi tadi. Namun, kenapa tiba-tiba suaminya sudah berada di kamar dan mengawasinya.“Kenapa terkejut melihat aku?” tanya Regan.Sera hanya tersenyum samar sambil meneruskan menutup pintu lemari. Ia menguncinya kemudian berjalan menjauh, tapi tangan Regan

“Kemana tujuan Anda, Nona?” tanya pria paruh baya yang duduk di belakang kemudi.Sera terdiam sejenak kemudian sudah menyebutkan sebuah alamat. Ia sudah berhasil keluar dari rumah sakit dan saat ini sudah berada di dalam sebuah taxi.Keputusan Sera sudah bulat. Ia akan meninggalkan kota ini. Tujuannya kali ini adalah ke stasiun kereta. Dari sana, Sera akan membeli tiket ke kota asal ibunya. Ia hanya ingin menyudahi semuanya.Hanya satu jam perjalanan akhirnya taxi yang ditumpangi Sera tiba di stasiun. Sera beruntung, Axel membawa ponselnya turut serta sehingga dia tidak perlu kebingungan untuk membayar transaksinya hari ini.“Terima kasih, Pak.”Sera tergesa turun. Ia berjalan masuk ke dalam stasiun, membeli tiket dan menunggu di ruang tunggu. Kereta tujuannya akan berangkat tiga jam lagi. Rasanya tidak masalah mesti harus menunggu.Sementara itu di waktu yang sama, tempat yang berbeda. Axel tampak terkejut saat menda

“Apa katamu? Itu tidak mungkin, Sera!!!”Axel tampak terkejut begitu mendengar jawaban dari Sera. Bahkan pria tampan itu terus menatap Sera sambil menggelengkan kepala.Meski tidak begitu dekat dengan papanya, Axel yakin Regan pria yang baik. Sepanjang ia tahu, pernikahan Regan dengan mamanya baik-baik saja. Axel tidak pernah sekalipun melihat Regan menyakiti mamanya.Mereka saling menghormati, meski kadang sedikit kaku dalam berinteraksi.“Terserah kalau kamu tidak percaya. Aku sudah menduga kalau kamu akan berkata seperti itu. Kamu dan papamu sama saja.”Sera kembali bersuara dengan nada sinis dan ketus. Axel hanya diam sambil memperhatikannya.Seluruh wajah Sera tertutup masker, hanya matanya yang terlihat. Namun, Axel bisa melihat jika mata wanita cantik itu masih bengkak. Perlahan pandangan Axel turun ke bawah memperhatikan tubuh Sera.Jika ia tidak mengenakan cardigan pasti akan terlihat dengan jelas banyak luka memar dan lebam di sekujur tangannya. Belum lagi betis dan pahanya y

“Sekarang, kamu mau pulang ke mana? Rasanya tidak mungkin jika kamu ingin pulang ke rumah orang tuamu di desa, Sera.”Mereka masih berada di dalam mobil yang berhenti di bahu jalan dan masih sibuk membahas rencana Sera.Sera hanya diam saat ditanya Axel seperti itu. Pria tampan itu kebingungan membujuk Sera. Baru ini Sera bersikap seperti ini.“Kalau menurutku, lebih baik kita lanjutkan pemulihanmu di rumah sakit. Setelah itu baru pulang ke rumah.”Sera menggeleng dengan cepat.“Aku tidak mau. Aku takut Regan datang. Selain itu, aku yakin pihak rumah sakit pasti akan bertanya penyebab aku seperti ini.”“Lalu … kamu bisa tebak sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya. Pihak rumah sakit pasti melapor ke polisi dan papamu pasti tidak akan diam saja. Ujung-ujungnya aku yang disiksa lagi.”Axel hanya diam sambil melirik Sera sekilas. Selama ini Axel tidak pernah tahu sepak terjang aya

Seminggu berselang sejak kejadian itu. Luka Sera sudah membaik bahkan ia sudah beraktivitas seperti biasa. Selama itu pun Regan tidak pernah pulang. Ia juga tidak memberi kabar. Entah kemana perginya pria itu, Sera tidak mau tahu.“Kamu yakin akan kembali beraktivitas hari ini?” tanya Axel.Sera tersenyum sambil mengangguk. Pagi itu ia sudah bersiap, mengenakan pakaian terbaiknya dan tampak bersemangat.“Iya. Aku bosan di rumah terus.”Axel hanya mengulum senyum sambil menganggukkan kepala. Tentu saja yang paling senang dengan kehadiran Sera di kantor adalah dirinya. Selain bisa membantu meringankan pekerjaannya, Axel juga semakin bersemangat jika ada Sera.“Baik, tapi kalau kamu masih sakit bilang saja. Aku bisa meminta sopir mengantarmu pulang.”Sera tersenyum masam sambil menggelengkan kepala.“Aku tidak serapuh itu, Xel. Sudahlah, percaya padaku. Aku sudah pulih dan siap beraktivitas.”Axel manggut-manggut sambil menikmati makan pagi mereka. Sudah hampir seminggu Axel tinggal di ru