“Tadi Ibu nelpon,” jawab Rani gugup, menelan ludah. Ia berusaha tersenyum, tapi suaranya bergetar.Bima melangkah pelan, menatap Rani tajam. Wajahnya tampak lelah, tapi matanya menyimpan bara.“Ngapain lama-lama banget teleponan?” tanyanya lagi, nada sinis menelusup di antara kalimatnya.Rani menunduk, jari-jarinya menggenggam ujung baju. “Cuma nanyain kabar, Kak …, Ibu kangen.”“Alasan!" Bima menghembuskan napas kasar. “Aku udah bilang berapa kali? Jangan bawa-bawa urusan keluarga ke rumah tangga kita!”Nada suaranya meninggi. Rani bisa merasakan hawa amarah yang mulai memenuhi ruangan. Ia ingin menjelaskan, tapi suaranya hilang entah ke mana. Napasnya memburu, jemarinya bergetar di sisi tubuh.Bima mendekat, menatapnya lebih dalam. “Kamu ngomongin aku, ya?” suaranya kini pelan tapi mengancam. “Kamu bilang aku kasar ke ibumu?”Rani menggeleng cepat, “Nggak, Kak …, aku cuma—”“Cuma apa, hah?” bentak Bima, menepuk meja hingga ponsel di tangan Rani hampir terlepas."Kak, Ibu cuma nanya
Last Updated : 2025-11-03 Read more