All Chapters of Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku: Chapter 11 - Chapter 20

Maxim kembali lebih awal hari ini dari kantor. Sesampainya di rumah, pria itu berjalan masuk bersama ajudannya, di sana ia hanya menemukan Camila yang berada di ruang keluarga, tengah menunggunya. Wanita itu beranjak dari duduknya dan tersenyum manis begitu melihat Maxim pulang. Maxim menyadari sikap Camila yang selalu berlebihan padanya, dan hal itu sering kali Maxim abaikan. "Tumben pulang cepat?" Camila mendekatinya. "Apakah tidak ada meeting?" "Tidak," jawab Maxim. Selalu dingin dan acuh tak acuh. Maxim melewati Camila begitu saja, namun wanita cantik dengan balutan dress kuning cerah itu, tiba-tiba menarik pelan lengan Maxim. "Kak Maxim, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ujarnya ragu-ragu. "Tentang Marieana." Sejenak tidak ada jawaban dari pria tampan itu. Maxim segera duduk di sofa ruang keluarga dan diikuti oleh Camila yang duduk di sampingnya. "Cepat katakan," ucap Maxim. Dengan tampang datarnya dan wajahnya yang tak berekspresi, Maxim melepaskan tangan Camila di le

Malam ini menjadi kali pertama Marieana menghadiri jamuan pesta bersama Keluarga Valdemar. Di dalam sebuah gedung hotel berbintang, Marieana bertemu dengan banyak orang dari kalangan kelas atas. Dengan balutan gaun pesta berwarna biru tua, Marieana tampil sangat cantik. Rambut hitamnya yang bergelombang terurai panjang sepinggang. Ia seketika menjadi pusat perhatian malam ini. Marieana memeluk lengan David erat, merasa gugup saat berpasang-pasang mata mengikuti gerak-geriknya. Termasuk Maxim yang tengah berbincang dengan Tuan Wilhelm sang pemilik pesta. "Sayang, ayo kita menyapa Paman Wilhelm," ujar David.Marieana tersenyum dan mengangguk. "Ayo." Mereka berjalan bersama mendekati Wilhelm dan istrinya—Sonya. Di samping mereka ada Maxim dan juga Camila yang terus menerus berdiri menempel pada Maxim. "Selamat malam, Paman. Selamat ulang tahun atas pernikahan kalian," ucap David pada sepasang suami istri itu. "Terima kasih, Dav," jawab pria berambut putih itu. "Ngomong-ngomong, i

Maxim tengah berbincang dengan seorang rekannya yang baru saja tiba di pesta itu. Sesekali, sepasang matanya mencari-cari keberadaan David di antara banyaknya para tamu yang datang. Pria itu tampak gelisah dan ingin segera pergi dari sana karena Marieana tengah menunggunya di luar.Hingga tiba-tiba, muncul seorang pelayan menyerahkan sebuah minuman padanya. "Permisi, Tuan. Minuman Anda," ujar pelayan itu mempersilakan. Maxim meraih segelas minuman itu dan minumannya tanpa berpikir. Setelahnya, ia kembali berbincang-bincang dengan rekannya tersebut.Namun, pandangannya perlahan terasa kabur. Pening menjalar di kepalanya. Kening pria tampan itu mengerut, lalu ia memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri."Maxim, kau kenapa?" tanya salah satu rekannya. Maxim menggeleng. "Tidak," jawabnya singkat. Bohong bila Maxim menjawab tidak apa-apa. Kepalanya terasa pening, pandangannya mengabur dan ada sensasi panas menjalar dalam tubuhnya yang membuatnya merasa gerah.Maxim meletakkan gelas yan

Di sisi lain, Marieana merasa waswas saat berjalan menuju kamar. Ia khawatir bila David kebingungan karena ia tidak ada. Atau mungkin, saat ini David sedang berada di luar mencarinya. Langkah Marieana berhenti di depan pintu saat mendengar suara pria di dalam kamar, yang sepertinya tengah berbincang melalui sambungan telepon.Marieana membuka pintu kamarnya. Kedatangannya membuat David terkejut, pria itu bertingkah aneh seperti pencuri yang tertangkap basah. Bahkan, David buru-buru memutus panggilannya entah dengan siapa itu. "Sayang! Ya ampun ... Sayang, kau tadi di mana? Aku mencarimu ke mana-mana, Marieana." David mendekatinya dan mencekal kedua pundaknya. Ekspresinya tampak khawatir, tetapi terlihat janggal. "Kau tidak apa-apa 'kan, Sayang?" tanya David lagi, pandangannya menelisik Marieana dengan khawatir. "Aku dengar tadi, Bibi Camila membuat masalah denganmu?" "Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir," jawab Marieana, lalu menarik kedua lengannya dari tangan David. Ada sesuatu

Selama beberapa hari Maxim menunggu Logan untuk mengumpulkan informasi tentang Marieana. Maxim ingin tahu tentang banyak hal dari gadis berparas menawan yang sudah beberapa waktu berkeliaran dalam hidupnya. Pagi ini, Logan datang ke kantor Maxim. Pria itu membawa sebuah berkas berisi latar belakang Marieana yang sudah ia kumpulkan menjadi satu. "Saya sudah mengumpulkan semua informasinya, Tuan," ujar Logan sembari duduk pada kursi di hadapan meja kerja Maxim. Pria berkulit sawo matang itu menyerahkan berkas di tangannya pada Maxim. "Nona Marieana berasal dari Yards, kota perbatasan yang tak jauh dari Stasiun Yards. Ternyata sejak kecil beliau tinggal dengan sang Nenek di sana. Kabarnya, Neneknya juga memiliki seseorang yang merawatnya. Nona Marieana adalah seorang anak tunggal, tapi tidak ada informasi tentang orang tuanya. Beliau mengenyam pendidikan di Yards dan berkuliah di sini—di Fratz. Satu tahun lalu, Nona Marieana melamar pekerjaan di perusahaan milik Tuan dan menjadi sala