All Chapters of Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas: Chapter 71 - Chapter 80

Lao Lan terdiam, memegang wajahnya yang terasa perih. Tak sempat mengelak akan tamparan itu.Di hadapannya, Ming Yue mendekat."Kau lupa dengan perkataanku sebelumnya?" ucapnya dengan wajah dingin tanpa ekspresi. "Jangan berani macam-macam denganku. Baik Pelayan atau orang-orang terdekatku."Lao Lan menelan ludah, sedikit mundur. Tentu saja dia ingat pada ancaman Ming Yue.Karena itulah selama ini Lao Lan sedikit takut untuk mengganggu Ming Yue. Apalagi ada Ibu Suri di belakangnya.Namun Lao Lan tidak tahan jika harus terus berada di bawah kakinya. Derajat Lao Lan lebih tinggi darinya. Dia ingin menegaskan kedudukannya."Kau ingin mengadu pada Ibu Suri? Silahkan. Aku tidak takut," balasnya, memberanikan diri.Namun Ming Yue hanya tersenyum santai, seolah meremehkan."Tidak. Untuk menghadapi orang sepertimu cukup dengan bubuk racun yang membuatmu terkena penyakit kulit. Dan kau akan di benci semua orang dengan sendirinya."Mendengar hal itu, seketika Lao Lan melotot. Dengan cepat mendor

Ming Lei terdiam kaku, keringat muncul di pelipisnya panik.Begitu menoleh, ternyata rekan kerjanya tadi. Yan Hong berdiri dengan ekspresi kesal.Tanpa peringatan, Yan Hong menarik kerah Ming Lei. Lalu memojokkannya ke dinding, sedikit mencekik.“Beraninya kau mengobrak-abrik ruangan Menteri Wei. Kau mau mati ya?” desis Yan Hong. Matanya melotot tajam.Ming Lei berusaha melawan. Tapi usianya cukup tua untuk melawan tenaga anak muda itu.“Jadi kau juga anjing Menteri Wei? Dasar manusia sampah!” umpatnya dengan nafas mulai sesak.Yan Hong tak terima. “Keparat!” umpatnya.Lalu mengangkat tangan. Namun belum sempat melayangkan tinju, terasa pukulan keras di belakang kepalanya.Yan Hong tak sadarkan diri. Akhirnya ambruk ke lantai.Cengkeraman di leher Ming Lei terlepas. Dan kini dia bisa melihat siapa yang menolongnya.Dua sosok berjubah hitam menghampiri. Salah satu dari mereka mendekat.“Ayah!”Sosok itu langsung memeluknya.Ming Lei terkejut. Tapi suaranya terasa familier. “Yue?”Ming Y

"Kakak kedua, kau bilang apa?" tanya Qiang Rui memastikan. Takut apa yang dia dengar salah.Qiang Jun tak menjawab. Dia celingukan lalu mengambil teko yang ada di meja dekat tempat tidur. Mengendus pelan, lalu menyerahkannya pada Ming Yue."Kau kenal aroma ini kan?"Ming Yue ikut mengendus. Dan matanya langsung terbuka."Bunga kematian. Apa ini yang sering diminum selir Feng?”Qiang Shen mengangguk."Benar. Tapi bunga kematian itu apa?""Bunga kematian bisa menyebabkan kelumpuhan. Dosis kecil tidak akan ada yang menyadarinya, tapi jika terus-menerus diberikan. Perlahan dia akan mati karena organ dalamnya tak berfungsi. Sepertinya yang terjadi pada Ibuku," ucap Ming Yue menjelaskan.Kemudian menoleh pada pelayan di sudut ruangan, yang kini terlihat pucat pasi."Artinya ada seseorang yang sengaja memberikannya," lanjutnya berbicara.Dengan langkah tegas, Ming Yue segera menghampiri pelayan itu. Menatap dengan wajah dingin."Kau pasti bawahan Permaisuri, kan?"Pelayan itu tersentak. Tanp

Di gerobak sederhana yang memuat kayu. Ming Yue duduk bersebelahan dengan kusir di sampingnya. Menyamar dengan pakaian biasa dan tudung menutupi wajahnya“Kenapa kau harus ikut juga, dasar keras kepala,” gerutu Qiang Jun.Dialah kusir yang mengemudikan gerobak itu. Dengan pakaian yang sama menyembunyikan identitasnya.Ming Yue melipat kedua tangannya di dada.“Aku ingin memastikannya sendiri,” balasnya tak mau kalah.Tujuan mereka saat ini menuju lokasi para penempa besi. Seperti yang dikatakan pejabat kementerian sebelumnya. Mereka ada di bawah komando Qiang Yuze yang sedang membuat senjata perang.Qiang Jun hanya mendengus. “Terserah. Saat tiba di sana tetap bersamaku.”Ming Yue tersenyum puas. Namun dalam kepalanya masih memikirkan hal lain.“Menurutmu anak haram Permaisuri itu siapa? Apa dia masih anak=anak?”Karena di kehidupan sebelumnya, Ming Yue sama sekali tak pernah mendengar tentang hal ini. Sepertinya Permaisuri menutup fakta ini rapat-rapat.“Aku juga tidak tahu. Tapi aku

Berita tentang penyerangan dari kerajaan Bailong mulai menyebar di antara para warga perbatasan.Qiang Yuze dan Jendral baru, Gu Bai, sepakat melaporkan hal ini pada kaisar.Mereka bergegas datang ke istana dan langsung pergi ke ruang singgasana.“Salam, Yang Mulia Kaisar,” ucap mereka membungkuk sopan.Kaisar Qiang Mingze menatap kedua orang itu sedikit terkejut.“Bangkitlah. Ada apa kalian datang ke istana bersamaan seperti ini?” tanyanya heran.“Kami ingin melaporkan. Di daerah perbatasan wilayah selatan, ksatria Kerajaan Bailong menyerang warga dan mencuri hasil tambang,” ujar Gu Bai.Qiang Mingze sontak terbelalak.“Apa?!”“Tapi kami berhasil mengalahkan mereka. Walau ada banyak ksatria kita yang terluka parah,” tambah Qiang Yuze menjelaskan.Qiang Mingze mengepalkan tangan, wajahnya mengeras.“Bailong keparat,” umpatnya kesal.Diam-diam, Qiang Yuze dan Gu Bai saling menatap. Bibir mereka tersenyum menyeringai, seolah reaksi Qiang Mingze sesuai dengan apa yang mereka harapkan.Qia