POV GALANG “Ingat, Bim…” suaraku terdengar datar namun tajam, menusuk malam yang mulai turun. “Hutangmu bukan hanya lima juta. Tapi hutang nyawa.” Bimo yang setengah duduk dan setengah tersandar di kursi belakang langsung menunduk. Tubuhnya masih gemetar. Napasnya masih berat dan terputus-putus. “Iya, Lang … iya … aku ngerti …,” jawabnya terbata, sepertinya ia takut salah salah bicara. Aku tersenyum tipis. Senyuman yang tidak pernah ingin dia lihat. Senyuman yang hanya keluar saat aku sudah memegang kartu mati seseorang. Ya. Mulai malam ini, Bimo ada di tanganku. --- Aku mengantar Bimo sampai di ujung gang rumahnya. Mobil berhenti pelan. Lampu jalan menyinari sosok Adrian yang sudah berdiri menunggu. Tubuhnya tegap, kedua tangan terlipat di depan dada, seolah tahu betul kondisi apa yang akan ia lihat. Begitu pintu belakang dibuka, Adrian langsung menahan napas melihat wajah Bimo yang memar parah. “Ini … parah sekali, Pak,” gumamnya. “Papah dia sampai depan rum
Last Updated : 2025-11-30 Read more