All Chapters of Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda: Chapter 21 - Chapter 30

Giovani Audrey. Gadis itu baru berumur 24 tahun. Meski usianya sudah masuk kategori boleh punya anak, namun ia belum berpikir untuk memilikinya. Mungkin dua atau tiga tahun lagi, dan yang perlu digaris bawahi, calon ayah anaknya adalah pria lain, bukan Earl Sanders. Masalahnya, sekarang Audrey malah terjebak dalam pelukan pria itu. Dia sangat takut, apalagi ada yang mengganjal di bawah sana. 'Benda apa yang menusuk perutku itu?' Tubuh sekecil itu bertarung dengan pria bertubuh tinggi dan kekar seperti Earl, jelas Audrey kalah. "Lepaskan aku!" Lelah sekali. Sekuat apapun ia mendorong, tapi jarak mereka tetap sama. "Aku bilang lepaskan aku. Apa kamu tidak dengar?" Karena Earl tak mau melepaskannya, Audrey pun menggigit dada bidangnya. Earl meringis dan pelukannya terlepas. Saat itulah Audrey mengusirnya keluar. "Pergi dari kamarku sekarang. Aku mau istirahat!" Kebetulan, Ayesha akan turun ke bawah. Mendengar suara ribut di kamar Audrey, ia pun mampir sebentar. "Ada apa ini. K

Pagi itu Audrey sarapan sendirian. Ayesha masih tidur, sementara Earl tengah bersiap. Tak lama kemudian, Edgar datang dan bergabung dengannya."Minggu depan kamu mulai bekerja, Earl sudah memberitahumu?" Pria itu duduk di kursi di seberang Audrey. Menikmati sarapan yang disiapkan Koki Peter."Sudah." Audrey mengangguk.Meskipun satu rumah, tapi dialah satu-satunya penghuni yang tak banyak bicara dengannya. Rasanya canggung tiba-tiba makan dan ngobrol seperti ini."Earl tidak mengatakan aku akan bekerja sebagai apa. Edgar, apa kamu tahu tentang,-""Bawahanku," potong Edgar. Pria itu bahkan menjawab tanpa menunggu Audrey selesai bicara. "Ingat, aku benci gadis pemalas. Sedikit saja aku lihat kamu malas, aku akan pecat kamu!"Audrey terdiam mendengarnya. Bukan karena ia takut, tapi terkejut karena baru kali ini Edgar bicara sepanjang itu dengannya.Biasanya, paling banyak dia akan mengatakan satu atau dua kalimat saja."Hei?" Pria itu melambaikan tangannya di depan wajah Audrey. "Kamu de

Audrey mengulurkan tangannya, tapi ia tak berani melihat Earl. Pandangannya jatuh ke depan melihat Murphy sedang memanaskan dua mobil. Satunya milik Earl dan satunya lagi milik Edgar. Earl tak peduli dengan itu. Dia fokus memeriksa seberapa dalam luka Audrey. Saat itulah Rina muncul dengan membawa kotak obat. Kotak obat itu sendiri sudah ia ambil sejak tadi sebenarnya, namun Earl dan Audrey terlibat percakapan serius. Rina menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkannya. "Kuserahkan padamu," katanya. Rina pun pergi, berdiri di balik meja bar bersama Koki Peter. Sementara Earl mulai mengobati jari Audrey. "Aku baru tahu kamu memiliki hobi melukai diri sendiri." Earl mengambil sebuah kapas, mensterilkan jari yang berdarah. Audrey yang tak merasa memiliki hobi seperti itu pun menjawab. "Aku?" Akhirnya gadis itu melirik pria yang ada di depannya. Meringis sedikit karena lukanya agak perih. "Siapa juga yang hobi melukai diri sendiri. Aku hanya,-" "Kamu memotong jarimu sendir

Perhatian semua orang pun tertuju ke arah Earl. Pria itu berdiri, berjalan dengan anggun ke sisi Audrey. "Aku ingin membeli semua yang ada di sini. Tolong bungkus untukku!"Setidaknya, ada sekitar 20 baju di masing-masing rak. Itu berarti total ada 40 baju yang Earl borong. Anggap saja harganya berkisar antara 1-3 juta, paling banyak, Earl merogoh kocek hampir 120 juta.Murah untuk Earl, mahal untuk Audrey.'Apa dia waras? Kenapa membeli baju sebanyak ini?'Beruntungnya, Audrey tipe gadis yang tahu diri. Dia tidak akan membiarkan Earl mengeluarkan uang terlalu banyak untuknya. "Earl, a-aku ... aku tidak membutuhkan baju sebanyak ini."Ayolah, ini pemborosan namanya. Biasanya Audrey hanya membeli pakain baru sebulan sekali. Itupun hanya beberapa lembar dan harganya hanya ratusan ribu. Uang sebanyak itu, Audrey lebih suka kalau uangnya masuk ke rekeningnya saja."Mana mungkin tidak butuh. Minggu depan kamu sudah mulai bekerja. Aku ingin kamu memakainya."Jujur, penampilan karyawan di pe

Sontak, pandangan Audrey pun berpindah. Gadis itu memperhatikan tubuh Earl lebih teliti. Nafasnya normal, kulitnya cerah bercahaya, dan badannya terlihat segar bugar. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pria itu sedang 'sakit'. 'Mungkinkah sakit yang ia katakan adalah sakit hati?' Wajar Audrey berpikir demikian, itu karena Earl dan Ayesha baru saja bertengkar. Namun, ekspresi Earl yang nelangsa itu menunjukkan seolah dia sedang menderita penyakit serius. Ragu, Audrey memeriksa keningnya, bahkan denyut nadinya juga. "Sepertinya kamu sehat. Apa sakitmu di bagian lain? Di sini?" Audrey menunjuk bagian hati dan Earl menggeleng. "Bukan di sana, tapi di tempat yang tak terlihat." Maksudnya, itu di tempat sensitif yang tak boleh Audrey lihat, tapi Audrey salah mengartikannya. "Jangan bilang kamu menderita penyakit jantung?"' Tiba-tiba Audrey merasa sedih. Pria tampan dan kaya raya seperti Earl Sanders, tapi kenapa sepertinya dia mudah sekali mati. Yang pertama, ia bisa mati k