All Chapters of Bangkitnya Dokter Agung: Chapter 41 - Chapter 50

Harris mengangkat tangannya, menghentikan langkah Liora sebelum wanita itu benar-benar berbalik. “Liora.” Suaranya datar, namun mengandung perintah yang sulit diabaikan. “Jangan sentuh Sera.”Liora menatap tangannya sendiri yang terhenti sebelum menaikkan wajah, ia menatap Harris dengan tatapan penuh perlawanan. “Kenapa? Karena dia mantan istrimu? Atau karena dia sumber semua kekacauan ini?”Queen berdiri di samping Harris, rahang mengeras. “Liora, cukup!”“Tidak.” Liora menunduk sebentar, mengambil napas, lalu menatap Queen. “Aku dokter dan anggota Konsorsium. Dan aku baru melihat Qi Iblis level medium muncul dari ritual yang menyebut satu nama yang sama berulang kali, Sera! Aku tidak punya alasan untuk diam.”Queen melangkah mendekat, suara rendah namun dingin. “Harris tidak memintamu diam, dia memintamu tidak bertindak gegabah.”“Gegabah, katamu?” Liora tersenyum miring, pahit. “Wanita itu adalah kunci, Queen! Entah dia sadar atau tidak. Entah dia korban atau… bagian dari ini.”Har

Ruang rapat utama keluarga Hendrawan dingin seperti lemari mayat. Pendingin ruangan bekerja terlalu keras, membuat udara terasa menusuk kulit. Queen duduk di kursi tengah, kursi yang seharusnya menjadi simbol kekuasaan, tapi hari ini terasa seperti kursi eksekusi.Di sekelilingnya, para tetua duduk dengan wajah kaku, mata mereka tajam seperti parang yang disembunyikan di balik baju formal.Tetua Kusuma membuka rapat dengan nada yang sudah Queen hafal sejak kecil. “Rapat darurat dimulai. Agenda: evaluasi mendalam kepemimpinan Queen Hendrawan.”Queen menahan napas sejenak. “Saya tidak diberi agenda sebelumnya.”Tetua Brahmana mencondongkan tubuh. “Karena kalau kami memberimu agenda, kau akan datang bersama ‘pelindungmu’.”Queen tidak menjawab. Ia menatap lurus ke meja kayu panjang itu. Tidak ada tanda-tanda Harris di ruangan, namun jarum naga di sakunya memberi rasa hangat samar, semacam janji bahwa ia tidak benar-benar sendiri.Tetua lain meletakkan map tebal di meja. “Kami menemukan s

Queen melirik Harris dengan ketegangan yang tidak ia sembunyikan. “Harris…” bisiknya lirih, hampir tidak terdengar.Harris menjawab tanpa menoleh, “Ada sesuatu yang menunggangi tubuhnya.”Togar mengangkat dagu, menatap Harris dengan senyum yang merayap perlahan ke pipinya. “Kau datang tanpa undangan,” kata Togar, suaranya serak rendah seperti berasal dari sumur gelap. “Rapat ini urusan keluarga. Kau bukan bagian dari Hendrawan.”Harris melangkah masuk sepenuhnya ke dalam ruangan, menutup pintu di belakangnya. Gerakannya santai, tapi aura yang mengikutinya membuat beberapa direktur menelan ludah. Queen tahu, itu aura orang yang bersiap bertarung meski belum ada jurus keluar.“Jika rapat ini menyentuh nyawa Queen,” jawab Harris, “Maka itu urusanku.”Ruang rapat mendadak lebih sunyi dari kuburan. Beberapa tetua yang tadinya berani bicara kini memalingkan wajah, seolah takut terseret.Togar mengeluarkan tawa kecil, suara seret yang membuat seluruh bulu di leher Queen berdiri.“Kau bicara

Togar bangkit perlahan dari tumpukan kursi yang hancur, tubuhnya membungkuk seperti binatang yang dipaksa berdiri memakai tubuh manusia. Nafasnya terdengar berat seperti ada dua suara yang bergantian berdesis dari dalam.Di seberang meja rapat yang kini terbelah dua, Harris berdiri menghadapi Togar. Cahaya jarum naga di tangannya masih bergetar pelan, seolah merasakan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang tidak normal.Queen berdiri di sudut ruangan sambil menahan dua direktur yang hampir pingsan. Matanya terkunci pada Harris.“Harris… apa yang harus kita lakukan?” suaranya pecah tapi tetap kuat.Harris tidak menoleh. “Bertahan di belakangku.”Togar tertawa rendah, suara itu berdengung seperti logam beradu. “Kau tidak akan bisa melindungi siapa pun.”Harris bergerak memutari meja yang sudah terbelah itu ke kiri. Togar mengikuti dari kanan. Mereka bergerak perlahan, saling menilai, seperti dua predator yang menunggu celah.Togar mengangkat kedua tangannya. Aura hitam berputar di sekit

“Harris, darahnya!”Teriakan Queen memecah ruangan.Harris menoleh cepat. Cairan hitam yang memancar dari mulut Togar tadi jatuh ke lantai dalam genangan mengilap, namun kini genangan itu mulai bergerak.Harris merendahkan tubuh, jarum naga di tangannya memantulkan cahaya temaram ruangan. “Qi Iblis berbentuk cair, ini sudah tahap ketiga!”Queen mundur dua langkah, wajahnya tegang. “Dia mengejar kamu, Harris! Kenapa hanya kamu?!”Harris menjawab tanpa menoleh, “Karena aku sasaran utamanya.”Dan seolah mendengar itu—SSSHHH~Genangan hitam itu mendadak meledak berubah menjadi cabang-cabang tipis seperti urat darah yang menjulur panjang ke arah Harris. Kecepatannya seperti ular yang melontarkan tubuhnya.Queen menutup mulut, menahan teriakan.Harris melompat ke atas sisa meja rapat yang sudah terbelah dua. Urat darah hitam itu menubruk kaki meja keras, membuat kayu hancur seperti busa.Togar terkekeh. “Kau pikir bisa lari dari sesuatu yang diciptakan hanya untukmu, pewaris?”Harris menga