Seorang pria paruh baya dengan jas kasual abu-abu berdiri di sana, tersenyum lebar. Wajahnya tidak asing — garis matanya yang tajam dan suara beratnya langsung Amir kenali. “Dokter Fadli?” Amir berdiri dan menjabat tangan pria itu hangat-hangat. “Sudah lama sekali!” “Betul, Dok. Terakhir kita bertemu waktu rapat pembukaan cabang Darmadis di Depok, ya?” “Iya, betul sekali. Silakan duduk, Dok,” Amir mempersilakan. Fadli melirik Zeta, lalu tersenyum ramah. “Wah, ini pasti istri dokter ya? Saya baru tahu.” Amir mengangguk, menatap Zeta dengan bangga. “Iya, benar. Ini istri saya, Zeta.” Zeta langsung menunduk sopan. “Selamat siang, Dok.” “Cantik sekali, Masya Allah. Dokter Amir memang beruntung,” ujar Fadli sambil terkekeh. “Maaf ya, saya belum sempat hadir waktu peresmian cabang baru rumah sakit Darmadis. Ada operasi besar waktu itu, jadi saya batal datang.” “Ah, tidak apa-apa, Dok. Justru saya senang masih bisa bertemu di sini,” sahut Amir ramah. "Pesan makan saja, Do
Last Updated : 2025-10-22 Read more