Pagi itu, mentari menembus tirai jendela kamar Shafa. Udara Jakarta terasa lembap setelah hujan dini hari. Di ranjang, Shafa membuka mata perlahan. Di sebelahnya, Amir masih tertidur dengan wajah tenang—wajah yang dulu begitu ia rindukan. Untuk sesaat, Shafa hanya menatap, mencoba meyakinkan diri bahwa semua ini bukan mimpi. Bahwa pria itu benar-benar di sampingnya, setelah sekian lama terasa begitu jauh.Namun, keheningan pagi itu pecah oleh dering ponsel di atas nakas.Shafa meraihnya pelan, agar tidak membangunkan Amir. Nama yang tertera di layar membuatnya mengerutkan kening karena tidak ada dalam kontaknya. “Assalamu’alaikum, selamat pagi," sapa Shafa ramah. “Wa’alaikumsalam, Shafa...” Suara di seberang terdengar gemetar, seolah masih sulit mempercayai sesuatu. “Ini benar Shafa Rahmawati, kan? Shafa yang dulu teman sejawat di RS Cendana?”Shafa tersenyum. “Iya, benar. Ya, ampun, ini Mira ya.""Iya, ini aku dokter Mira. Shafa, ya Allah aku gak percaya tapi pagi ini aku bicara la
Last Updated : 2025-10-24 Read more