Malam itu, setelah kepergian Master Eland, kamar penginapan terasa semakin berat. Gulungan kuno yang ia tinggalkan masih terbuka di meja, huruf-huruf kuno menari dalam cahaya redup lampu minyak. Bara duduk tenang, matanya menatap lembaran itu seolah mencoba meresapi setiap makna tersembunyi.Risa duduk di ranjang, tubuhnya masih gemetar ringan. Ia sudah terlalu lelah, tapi matanya tak bisa terpejam. “Bara,” suaranya serak, “jika besok benar-benar mereka menuduh kita… apa yang akan kita lakukan? Aku… aku tidak sanggup berdiri di depan mereka lagi. Rasanya paru-paruku berhenti.”Bara menoleh, senyum lembutnya muncul. “Risa, ketakutanmu bukan tanda kelemahan. Itu tanda kalau kau masih peduli. Dan justru karena kau peduli, kau akan menemukan kekuatanmu.”Risa menunduk, air matanya jatuh, tapi kali ini ia mengusapnya sendiri. Tak ada rengekan, hanya keheningan yang menerima.Gerry, yang dari tadi mondar-mandir, akhirnya meledak. “Aku benci semua ini! Dewan, intrik, tuduhan… kenapa kita
Last Updated : 2025-10-04 Read more