Langkah mereka keluar dari aula Dewan terasa lebih berat daripada saat masuk. Sorot mata ratusan orang yang mengikuti sidang masih menempel di punggung Bara, Risa, Gerry, dan Kael. Di luar, kerumunan rakyat bercampur antara teriakan cemas, bisikan sinis, dan tatapan penuh tanda tanya.“Benar, itu anak yang katanya pemicu retakan…”“Tapi… kalau retakan itu palsu, kenapa tetap muncul?”“Dewan pasti tahu yang terbaik. Kita ini siapa, hanya rakyat biasa.”Risa menunduk semakin dalam, seolah ingin menghilang di balik bayangan Bara. Gerry, sebaliknya, menatap kerumunan dengan sorot penuh amarah, tapi Kael menahan lengannya. “Jangan beri mereka alasan,” bisiknya. Gerry mendengus kasar, tapi menahan diri.Mereka berjalan cepat menuju penginapan, melewati gang sempit agar tidak terus jadi tontonan. Begitu pintu kamar tertutup, semua seakan meledak.Risa jatuh terduduk di ranjang, wajahnya pucat pasi. “Aku tidak bisa… aku tidak bisa lagi. Setiap kali aku buka mata, tatapan mereka menuduhku.
Last Updated : 2025-10-04 Read more