Kereta spiritual yang mereka tumpangi melaju di atas jalur cahaya, menembus lembah-lembah kabut yang berkilau biru. Di luar jendela, langit tampak seperti lukisan yang tak pernah selesai, awan berlapis tiga warna, biru, ungu, dan perak. Hening. Tidak ada percakapan, hanya suara ritmis roda spiritual yang berdentum di rel cahaya. Bara duduk bersandar, matanya tertutup, tapi pikirannya tidak tenang. Di dalam tubuhnya, dua arus Chi berputar dengan tenang namun saling menguji. Cahaya dan bayangan kini hidup berdampingan. Namun di setiap denyut nadi, ia merasakan sesuatu yang lebih besar sedang memanggilnya, jauh di utara, di tempat langit dan tanah saling menyatu. Risa menatapnya dari kursi seberang. “Kau tidak tidur lagi, ya?” Bara membuka mata, menatap lembut. “Aku takut kalau tidur, aku akan terbangun di dunia yang berbeda.” Risa tersenyum tipis. “Kau bicara seperti penyair, bukan petarung.” “Kadang, Risa,” kata Bara, “pertempuran terbesar justru dimulai dari pikiran yang terla
Last Updated : 2025-10-09 Read more