Udara itu… hening. Terlalu hening untuk disebut kehidupan, tapi terlalu berdenyut untuk disebut kematian. Bara membuka matanya perlahan. Di sekelilingnya, dunia tampak seperti cermin yang retak, setengah terang, setengah bayangan. Langit di atas tidak lagi biru, tapi berlapis dua, satu berkilau seperti air, satu lagi kelabu pekat seperti asap yang membeku. Di antara dua lapisan itu, garis cahaya menari, seolah dunia sedang menjahit ulang dirinya sendiri. Bara berdiri perlahan, langkahnya menimbulkan gema aneh, bukan gema tanah, melainkan gema dari pikirannya sendiri. Setiap kali ia menginjak permukaan, bayangan dirinya muncul sejenak di sisi lain dunia, di balik kabut. “Ini... bukan dunia yang sama,” gumamnya. Suara itu menggema, bergema dua kali, satu dari dirinya, satu lagi dari bayangannya. Di sisi lain, Risa terbangun di reruntuhan menara observasi. Debu berjatuhan perlahan seperti salju. Langit di atasnya juga retak, tapi hanya satu lapisan yang tampak. Ia mencoba ber
Last Updated : 2025-10-10 Read more