Dengan posisi mereka yang masih terjatuh di atas sofa, udara di ruangan itu terasa semakin panas dan padat. Liam tidak segera bangkit. Sebaliknya, tubuhnya justru semakin merapat, menindih Hanna dengan berat yang nyaman. Salah satu tangannya masih terhunjam di sandaran sofa, menopang sebagian berat badannya, sementara tangan yang lain bergerak pelan dari pinggang Hanna, menyusuri lekuk tubuhnya yang ramping, naik ke rusuk, lalu berhenti di samping wajahnya."Professor..." desis Hanna, suaranya parau, terputus oleh napasnya sendiri yang tak beraturan.Liam tidak menjawab. Alih-alih, ia menunduk, mendekatkan wajahnya ke leher Hanna. Nafasnya yang hangat menghempas kulit sensitif di sana, membuat bulu kuduk Hanna berdiri. Bibirnya kemudian menempel, bukan sekadar mencium, tapi seperti mencicipi, mengecap, menghafal setiap inci kulit yang disentuhnya. Gerakannya lambat, penuh kesadaran, seolah setiap detik adalah waktu berharga yang tak boleh mereka lewati.Hanna menutup mata, tangannya me
Last Updated : 2025-10-14 Read more