All Chapters of Tinta Merah Takdir yang Terhapus: Chapter 71 - Chapter 80

Tiga bulan berlalu di Duchy Villon. Kabut musim gugur telah lama hilang, berganti dengan udara dingin yang tajam dari puncak musim dingin. Pohon oak di kejauhan kini diselimuti lapisan salju yang tipis, memberikan pemandangan yang hening dan beku.Tiga bulan itu adalah sebuah kekosongan yang diisi oleh pertumbuhan yang lambat dan tersembunyi. Arnica Montana di kebun telah mengakar dalam, fondasi pahitnya menguat tanpa menghasilkan bunga. Perpustakaan herbal di gudang timur kini penuh dengan buku-buku berbau jamur dan kertas tua, pengetahuan fungsional yang menggantikan estetika yang rapuh.Di Kamar Tidur Utama, Eleanora berdiri di depan kotak kayu rosewood yang terkunci. Pagi hari terasa sunyi, hanya suara kayu yang berderak pelan di bawah tekanan dingin yang memecah keheningan.Ia mengenakan gaun wol tebal berwarna batu bara, kain yang terasa kasar dan jujur di kulitnya. Ia mengulurkan tangan kanannya, jari-jarinya yang panjang menyentuh ukiran halus pada tutup kotak.Selama tiga bul

Beberapa hari setelah percakapan Eleanora dengan Seraphina di gudang, saat matahari berada di titik tertinggi di langit, sebuah kereta pos kecil dari Ibu Kota tiba di gerbang Villon. Kereta itu tidak membawa utusan resmi Istana, hanya seorang pengemudi yang tampak letih dan satu kotak kayu kecil.Kotak itu diukir dari kayu limewood yang ringan, diperkuat dengan pita logam emas tipis, dan disegel dengan lilin Istana yang resmi. Tidak ada alamat pribadi, hanya cap segel yang ditujukan kepada Kediaman Duke Villon.Pengurus rumah tangga, setelah mengamati kotak yang mencurigakan itu selama satu seperempat jam penuh, dengan hati-hati membawanya ke Ruang Kerja Duke. Namun, Duke Villon sedang terlibat dalam rapat panjang mengenai pajak tanah.Oleh karena itu, Seraphina-lah yang bertugas membawa kotak itu ke Eleanora.Seraphina membawa kotak itu di atas nampan lacquer hitam. Ia berjalan perlahan di koridor Villon yang sunyi, setiap langkahnya terasa seperti penyaji drama yang enggan.Eleanora

Di sebuah butik khusus di jantung Ibu Kota, yang melayani langsung Istana, Kael mengawasi pengepakan gaun sutra. Hati Kael terasa seperti diikat oleh benang sutra yang ketat.Gaun itu sendiri adalah mahakarya seni yang kejam: sutra moire halus, jatuh dengan sempurna, sederhana dalam potongan, tetapi mewah dalam material. Dan warnanya: merah gelap, hampir seperti warna darah yang mengering, sebuah warna yang menyangkal setiap gaun tweed atau cashmere abu-abu yang dikenakan Eleanora."Pastikan pengepakan ini sempurna," perintah Kael kepada pelayan butik. "Tidak ada lipatan yang tidak perlu. Dan jangan ada surat, label harga, atau kartu nama. Gaun ini harus tiba di Villon seolah-olah ia jatuh dari langit."Sekarang dia mengirimkan gaun merah darah, pikir Kael, sambil memijat pangkal hidungnya yang terasa nyeri. *Nona Eleanora akan mengubah gaun itu menjadi tirai di gudang timur, atau lebih buruk, dijual dan dananya digunakan untuk membeli pupuk biji-bijian. Pasangan ini akan menyebabkan

Di Ruang Pengamatan Tinggi Zepyr, pagi terasa lebih dingin dari biasanya. Zepyr duduk di mejanya, matanya terpejam rapat karena kelelahan analitis yang panjang.Kael berjalan masuk, langkah kakinya yang biasanya tenang kini terasa sedikit tercekat. Ia membawa gulungan perkamen baru dari agen rahasia Villon."Yang Mulia," lapor Kael, ia mengatur napasnya. "Kami telah menerima laporan visual. Ini adalah data yang paling kontradiktif yang pernah dicatat oleh agen kami."Zepyr membuka matanya perlahan, pandangannya tajam dan lelah. "Katakan, Kael. Apakah dia akhirnya membuang gaun itu? Atau apakah dia menjualnya untuk mendanai pembelian pupuk yang tidak berguna?""Tidak, Yang Mulia," Kael menjawab, suaranya mengandung campuran rasa hormat dan keputusasaan yang sunyi. "Lady Villon mengenakannya."Kael menarik napas lagi, sebuah tarikan yang dramatis, seolah mempersiapkan diri untuk membacakan puisi paling gila di Kekaisaran."Dia mengenakan gaun sutra merah darah itu sepanjang malam. Dan..

Zepyr datang mengunjungi L'Étoile du Nord di malam hari. Kedatangannya nyaris tak bersuara, hanya gerungan samar dari roda keretanya yang berhenti di halaman paving yang sunyi. Ia datang sendirian, tanpa pengiring yang mencolok, hanya ditemani Kael yang tampak seperti bayangan, memegang postur kaku seorang ajudan yang telah melewati tahun penuh kegilaan logistik.Zepyr mengenakan seragam gelap Istana, kainnya tebal dan mahal. Posturnya tegak dan tegas, seolah setiap ototnya telah dilatih untuk menahan badai.Ia melangkah memasuki ruang tamu yang remang-remang, gerakannya adalah penguasaan total atas ruang. Tidak ada keraguan, tidak ada langkah yang terbuang. Cahaya lampu minyak yang redup seolah menghormati siluetnya dan membiarkan bayangan mengikutinya seperti pengawal yang tak terlihat.Eleanora sudah berdiri untuk menyambutnya, ia telah menunggu di dekat kursi berlapis beludru yang dingin. Jari-jari tangan kanannya, yang tersembunyi di belakang punggungnya, memegang erat punggung k