Hari itu langit menggantung rendah—mendung tanpa hujan, seperti dada yang menahan napas terlalu lama. Jalanan basah memantulkan warna kelabu, dan udara terasa sunyi dengan cara yang tidak wajar; tidak ada angin, tidak ada suara burung, hanya kesan bahwa sesuatu sedang ditahan agar tidak pecah terlalu cepat. Mobil Marcus melaju tenang di jalan utama, rodanya membelah genangan tipis. Di dalamnya, tak ada percakapan yang perlu. Ketika kendaraan itu berbelok di tikungan terakhir, gerbang gudang anggur Devereux muncul di hadapan mereka—kokoh, diam, seolah tak tahu apa yang sedang mendekat. Mobil berhenti. Lady Vareen turun lebih dulu. Sepatu haknya menyentuh tanah basah tanpa ragu. Marcus menyusul, wajahnya tertutup, lalu Lucianne di belakang mereka, tatapannya bergerak cepat, mencatat lebih banyak daripada yang ia perlihatkan. Mereka masuk ke dalam. Langkah Lady Vareen terdengar jelas di lorong gudang—tegas, terukur. Suara hak sepatunya memantul di antara dinding batu dan rak
Last Updated : 2025-12-13 Read more