บททั้งหมดของ Sentuhan Candu Tuan Benji: บทที่ 31 - บทที่ 40

"Kenapa tadi kau tidak membuat alasan untuk pulang? Aku kan sudah bilang!""Maaf, Tuan. Tapi spagetiku tadi belum habis ...."Abia menoleh pada perdebatan yang menyambut sesaat dua orang masuk pintu utama. Abia yang melihat kehadiran Lily dan Benji yang tengah beradu mulut di sana, sontak mematikan televisi yang sedari tadi ia tonton untuk mengisi kebosanan."Eh, Bibi! Sudah pulang?" sapa Lily begitu menyadari kehadiran Abia yang tengah duduk di ruang tengah."Iyaa, sudah lama. Spa langgananku tutup jadi aku langsung pulang," jawab Abia cemberut."Tahu begitu aku langsung pulang saja tadi ...," gumam Lily lirih yang sialnya masih bisa didengar Benji."Kau memang hanya mengincar makan gratis, kan? Bukan mau membantuku?!" sindir Benji yang hanya dibalas Lily dengan cengiran polos."Tidak perlu marah, Tuan. Lagipula yang membayar semua makanan juga Om Geo," sahut gadis itu santai."Loh ... kalian bertemu Papa?!" tanya Abia terkejut yang diangguki Lily cepat."Urusan pekerjaan, Bibi. Aku

Sesuai dugaan, Lily tidak tidur di kamarnya. Gadis nakal itu kini tengah duduk anteng sambil lanjut menonton acara berburu hantu yang membuatnya penasaran setengah mati. Gadis itu ingin melihat penelusuran hantu di tempat hiburan terbengkalai yang ditayangkan sampai akhir. Tapi Benji malah mengusik kesenangan Lily. "Kenapa dia belum pindah juga dari kolam? Mungkin hantunya di tempat lain," komentar Lily sebal sendiri karena pembawa acara yang seolah sengaja berlama-lama di satu tempat. "Seharusnya dia coba berjalan ke area toilet. Di sana pasti banyak hantu." "Apa paranormalnya takut dikeroyok oleh hantu-hantu itu?" CKLEK! Pintu kamar yang terbuka sontak membuat Lily menoleh. Lalu, begitu menemukan kehadiran Benji yang bersedekap dada sambil bersandar di sisi pintu, gadis itu buru-buru menyembunyikan remote. Namun, tidak cukup pintar untuk berpikir mematikan televisi terlebih dahulu. Melihat gelagat paniknya, Benji pun masuk ke kamar Lily kemudian menutup pintu. "Apa ya

"Sepi sekali kalau kita hanya pergi berdua."Benji menoleh pada Abia yang bergelendot manja di lengan kekarnya yang tengah sibuk menyetir. Sambil mendengkus jengah, pria sipit itu mencubit pipi istrinya gemas."Biasanya juga kita pergi berdua," sanggah Benji cepat."Tidak. Rasanya beda ...," sahut Abia tetap mempertahankan pendapatnya."Beda karena Lily tidak ikut?" tebak Benji yang sebenarnya sudah tahu istrinya akan bilang apa."Kalau aku jawab iya ... kau marah, ya?" Lily malah melempar tanya sambil menggosok-gosok rambut pendeknya di lengan berbalut kaos putih suaminya."Hmm ... tidak juga." Benji menjawab sambil menghentikan mobil saat sampai di lampu merah. Pria sipit itu bahkan menoleh penuh pada istrinya."Hanya saja ... sekarang aku merasa kita menikah bertiga," sambung pria itu yang sontak meledakkan tawa Abia."Iyaa ya, kita lupa memasukkan Lily dalam kartu keluarga." Abia menimpali sambil terkikik geli."Kau kira aku sedang bercanda?" tanya Benji tidak habis pikir dengan r

Setelah melewati paksaan yang panjang, Abia berhasil membuat suaminya mengiyakan liburan keluarga yang sudah ayah mertuanya rencanakan. Dan Abia semakin girang saat tahu destinasi liburan mereka adalah Lombok.Katanya, Geovano juga ingin sekalian mengunjungi orangtua Abia di kampung halamannya. Sepertinya pria itu ingin membangun hubungan yang baik dengan sang besan yang bertempat tinggal cukup jauh. Setidaknya, begitulah yang ada di pikiran positif Abia."Bibi, ini pertama kalinya aku ke Lombok. Tahu begitu kemarin aku tidak minta dibawakan oleh-oleh. Ternyata aku akan ke sana juga sekarang." Lily mengoceh sambil terus menggeyaluti Abia di ruang tengah.Mengabaikan Benjamin Kaisar yang sudah terlanjur badmood sejak ayahnya datang siang tadi. Sore ini, mereka akan langsung berangkat ke bandara dengan diantar oleh supir pribadi Geovano. Pria itu sepertinya benar-benar telah menyiapkan liburan ini dengan matang."Kau bersemangat sekali, seperti anggota keluarga saja!" sindir Benji masih

"Bibi! Bibi! Tuan Benji tenggelam!"Abia berdiri cepat begitu Lily datang ke kamarnya sambil menginfokan panik. Perempuan yang sore menjelang malam ini bahkan sudah mengenakan baju tidurnya, sontak segera mengekori Lily yang menyeretnya keluar.Jarak resort dan pantai yang memang dekat membuat mereka segera berlari ke area pantai tempat tadi Lily, Kiello dan Benji berenang."Bagaimana dia bisa tenggelam? Dia kan pandai berenang!" tanya Abia yang sejujurnya bingung namun tetap panik melihat raut kelewat serius keponakannya."Tidak tahu, Bibi! Aku juga bingung!" sahut Lily masih sambil berlari."Tapi dia sudah dibawa ke tepi pantai, kan? Kau dan Kiello sudah membawanya ke tempat aman?" tanya Abia lagi tidak berhenti melayangkan pertanyaan.Namun, Lily yang tidak menjawab justru membuat perempuan itu bertambah panik. Kepanikannya bahkan membuat Abia tidak menyadari sekitar. Ada banyak balon dan hiasan di sepanjang pesisir pantai."Lily, suamiku aman---""HAPPY BIRTHDAY!"Abia terlonjak k