Semua Bab Sentuhan Candu Tuan Benji: Bab 41 - Bab 50

"Om Geo ...."Panggilan dari arah belakangnya membuat Geovano yang tengah menghangatkan tubuh di depan api unggun, segera menoleh kemudian tersenyum kecil. Lily dengan dress bertali tipis yang sepertinya sudah siap untuk pergi tidur, kini duduk di samping pria tua itu setelah dipersilakan."Maaf aku lama. Tadi Kiello mengajakku menghabiskan ikan bakarnya dulu ...," jelas gadis itu apa adanya.Tadi, mereka memang membakar ikan bersama di sini. Setelah ikan hasil memancing Lily dan Kiello matang, mereka mengambil bagian dan makan di kamar masing-masing karena udara dingin yang menusuk kulit.Dan sesuai permintaan Geovano Galendra sore tadi, begitu yang lain sudah masuk bahkan mungkin terlelap, Lily segera menemui pria tua itu di sini. "Ada apa, Om? Kenapa Om mau bicara berdua denganku?" tanya gadis itu penasaran begitu menyadari Geovano hanya diam sambil memandangi api unggun di depan mereka."Kenapa kau tidak ikut Abia ke rumah nenekmu?" Pertanyaan tiba-tiba itu sontak membuat tubuh

"Kau tidak langsung telanjang?" Pertanyaan Benji jadi pembuka saat pria itu masuk ke kamar penginapan Lily. Gadis itu yang sedari tadi hanya duduk termenung di sisi kasur sambil menatap kaca besar di dekat ranjang, seketika berdiri gelagapan. "Maaf, Tuan. Aku lupa ...." Lily menyahut cepat sambil menanggalkan celana dalamnya. Sedangkan Benji memilih duduk di sisi kasur sambil memandangi Lily yang kini sibuk mempreteli pakaiannya sendiri. Begitu seluruh pakaian gadis itu telah tanggal, Benji pun menarik lengannya hingga Lily jatuh di atas pangkuan pria itu. Diam-diam, Lily mulai menghapal kebiasaan-kebiasaan kecil sang tuan saat sesi senggama mereka. Biasanya, Benji memang selalu memangku tubuh mungil Lily. Entah dengan gadis itu yang menghadap samping, depan, maupun belakang. Lalu, sebelum menjambah bagian lain, dada Lily lah yang akan jadi sasaran pertama untuk dijamah tangan besar sang tuan. Pria itu senang meremas dan mencubit. Lily bahkan baru sadar akan ujung dadanya yan

"Kenapa mereka tidak bosan juga main air?" Benji bertanya tidak habis pikir begitu melihat Lily dan Kiello yang tengah membuat istana pasir.Ini baru pukul sembilan pagi. Namun entah sejak kapan kedua remaja itu basah kuyup dan membangun dinasti kerajaan di tepi pantai. Anehnya lagi, kali ini sang ayah juga ikut-ikutan mandi bahkan rela ditimbun dengan pasir oleh kedua remaja berkelakuan bocah itu."Om Geo, perutmu buncit sekali!" "Ayah sepertinya harus diet."Mereka bahkan membercandai tubuh seorang Geovano Galendra sambil tertawa meledek. "Kau sarapan saja. Orang tua memang tidak mengerti kesenangan anak remaja," ucap Abia sambil menyodorkan sepiring sarapan di hadapan suaminya yang duduk di meja menghadap pantai.Benji menerima sarapan dari sang istri dengan senang hati. Meski pria sipit itu sejenak melirik sebal karena Abia secara tidak langsung mengatainya tua."Setelah selesai sarapan, ayo kita bergabung bersama mereka! Katanya Lily dan Kiello mau naik jetski," ajak Abia antus

"Ada apa?" Benjamin Kaisar menyembul dengan sapaan ketusnya dari balik pintu kamar. Gadis yang tadi mengetuk pintu kamar sang tuan, seketika menciut dan menunduk dalam. Mendadak kehilangan keberanian untuk sekedar mendongak dan memperlihatkan wajah penuh rasa bersalahnya."Tuan ... aku ingin bertemu Bibi Abia." Lily menyahut lirih sambil mencengkeram buku-buku jemari di belakang tubuh.Gadis itu tidak berani menatap wajah Benji sama sekali."Dia sedang tidur." Pria jangkung itu menjawab singkat sambil menyandarkan tubuh pada kusen berbahan kayu jati berkualitas tinggi.Lily diam sambil menggigit bibir bawahnya gugup. Bingung harus bilang apa lagi. Benji memang tidak lagi memarahinya seperti tadi pagi. Namun hingga sore ini, gadis itu tetap bisa merasakan aura kemarahan majikannya."Apa Bibi Abia baik-baik saja, Tuan?" tanya gadis itu akhirnya setelah berdiam lama."Kalau baik-baik saja, kenapa? Kau merasa lega? Kau tidak menyesal lagi atas perbuatanmu?" tanya Benji beruntun sambil me

"Tolong peluk aku, Tuan ...."Ucapan Lily melahirkan kernyitan di kening Benji. Pria itu bahkan menyorot gadis di sampingnya aneh. "Kau menyukaiku, ya?" tanya Benji to the point tanpa berusaha menyembunyikan isi kepala.Lily menggeleng pelan sambil kali ini menelan obat yang dibawakan sang tuan tanpa air. Mengabaikan pertanyaan pria itu, Lily bahkan beralih berbaring membelakangi majikannya sambil meringkuk dalam bed cover tebal."Hei ... jujur saja! Kau menyukaiku? Kenapa kau terus bertingkah aneh dari kemarin? Tiba-tiba mencium ... lalu sekarang minta peluk?" Benji kembali merecoki sambil mengguncang bahu jalang kecilnya.Bukannya menjawab, gadis itu malah menangis terisak. Isakan lirih yang tentu saja membuat Benji menghentikan guncangannya pada bahu Lily. "Kenapa kau jadi menangis? Aku tidak memukulmu. Abia bisa salah paham, bodoh!" maki Benji panik.Dan makian itu entah kenapa membuat Lily jadi bertambah sedih. Namun, tangisannya seketika terhenti begitu merasakan seseorang yan