“Serius, Ardi sampai loncat nangkep Maya?” tanya Tegar, rekan proyek mereka, sambil mengunyah gorengan di pantry.“Iya, katanya kayak adegan drama Korea,” sahut Vina, sekretaris divisi, dengan nada menggoda.“Kalau aku jadi Maya, mungkin langsung jatuh cinta,” tambah Risa, menahan tawa.Maya yang baru masuk ke pantry hanya bisa memutar mata. “Kalian ini, serius amat bahasnya.”“Tapi beneran, May,” Risa mendekat. “Waktu aku datang, posisi kalian berdua tuh... aduh, gimana ya, kayak poster film romansa.”“Risa!” Maya menepuk bahunya, setengah malu setengah tertawa.“Aku cuma bilang yang kulihat!”“Tolong jangan dilebih-lebihkan, ya.”Namun, bahkan saat ia berusaha tertawa, Maya tahu wajahnya masih terasa panas.Sore harinya, ketika pekerja mulai pulang, Ardi memeriksa kembali laporan material di lapangan. Ia tampak seperti biasa — tenang, fokus, profesional.Tapi begitu ia sendirian, tangannya berhenti di udara, dan napasnya terasa berat.Pikirannya kembali ke momen tadi pagi.Tatapan m
Terakhir Diperbarui : 2025-10-21 Baca selengkapnya