Home / Romansa / Penyamaran CEO Tanaka / Bab 25 – Takut Kau Terluka

Share

Bab 25 – Takut Kau Terluka

Author: Jeff Ry
last update Last Updated: 2025-10-21 17:01:45

“Serius, Ardi sampai loncat nangkep Maya?” tanya Tegar, rekan proyek mereka, sambil mengunyah gorengan di pantry.

“Iya, katanya kayak adegan drama Korea,” sahut Vina, sekretaris divisi, dengan nada menggoda.

“Kalau aku jadi Maya, mungkin langsung jatuh cinta,” tambah Risa, menahan tawa.

Maya yang baru masuk ke pantry hanya bisa memutar mata. “Kalian ini, serius amat bahasnya.”

“Tapi beneran, May,” Risa mendekat. “Waktu aku datang, posisi kalian berdua tuh... aduh, gimana ya, kayak poster film romansa.”

“Risa!” Maya menepuk bahunya, setengah malu setengah tertawa.

“Aku cuma bilang yang kulihat!”

“Tolong jangan dilebih-lebihkan, ya.”

Namun, bahkan saat ia berusaha tertawa, Maya tahu wajahnya masih terasa panas.

Sore harinya, ketika pekerja mulai pulang, Ardi memeriksa kembali laporan material di lapangan. Ia tampak seperti biasa — tenang, fokus, profesional.

Tapi begitu ia sendirian, tangannya berhenti di udara, dan napasnya terasa berat.

Pikirannya kembali ke momen tadi pagi.

Tatapan m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 76 – Nyaris Terbongkar

    Ardi tidak menjawab. Hanya tatapan kosong yang menjadi jawabannya.Davin mendengus lirih, lalu menatapnya dengan nada lelah. “Kau akan hancur kalau terus seperti ini.”Apa yang keduanya tidak sadari — dari kejauhan, Maya melihat mereka.Ia baru saja keluar dari ruang administrasi, membawa beberapa dokumen laporan vendor ketika pandangannya tertumbuk pada dua sosok yang sedang berbicara di sisi area parkir proyek.Yang satu jelas Ardi.Yang satu lagi… wajahnya setengah tertutup topi, tapi tubuhnya tampak berwibawa, cara berdirinya tegas — tidak seperti kontraktor atau vendor biasa.Rasa penasaran menyelusup, pelan tapi menekan.Maya berhenti di balik tiang beton, memperhatikan dari jarak aman. Ia tidak bisa mendengar dengan jelas, tapi dari gestur tubuh keduanya, pembicaraan itu jelas serius.Ardi — yang biasanya tenang — kini tampak tegang, matanya tajam, bahunya kaku.Pria satunya, yang Maya belum kenal, sesekali menatap sekitar dengan gelisah.“Siapa dia?” bisik Maya, jantungnya mul

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 75 – Belum Selesai

    Dari jarak itu, ia melihat Maya berhenti di tengah hujan. Gadis itu menatap langit, membiarkan air menetes di wajahnya — entah air hujan atau air mata, Adrian tak tahu.Yang ia tahu, wajah itu tampak lebih hancur daripada apa pun yang pernah ia lihat.Dan di detik itu, ia sadar:Mungkin ini harga dari kejujuran yang datang terlambat.Maya melanjutkan langkahnya.Ia naik ke bus kota yang setengah penuh, duduk di dekat jendela. Hujan menetes di kaca, menciptakan garis-garis air yang mengaburkan pandangan.Ia menatap keluar, tapi yang terlihat hanyalah lampu kota yang luntur — sama seperti harapannya.“Apakah semua yang kukenal hanya pura-pura?”“Apakah aku mencintai seseorang yang bahkan tak benar-benar ada?”Bus berjalan lambat, dan di kejauhan, sosok berpayung hitam masih berdiri, tak bergerak.Adrian menatap bus itu menjauh, lalu menunduk, menutup matanya rapat-rapat.“Maaf, Maya,” bisiknya nyaris tak terdengar. “Aku hanya ingin mencintaimu tanpa nama, tapi ternyata dunia tak mengizi

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 74 – Pencarian Kebenaran

    Hari itu, hujan turun pelan sejak pagi — bukan deras, tapi cukup untuk membuat langit tampak muram, seperti mencerminkan isi hati Maya yang masih berkabut.Sudah dua hari sejak kejadian di kantor ketika Nadine menyebut nama “Adrian” dengan santai, tapi setiap detiknya terasa panjang, menyesakkan, dan penuh tanda tanya yang belum terjawab.Maya duduk di meja kerjanya, tapi pikirannya tidak di sana.Layar komputer menampilkan laporan proyek yang belum selesai, namun matanya kosong.Setiap kata yang tertulis tampak kabur, berganti bayangan wajah Ardi — atau Adrian, entahlah siapa yang sebenarnya ia kenal selama ini.Ia ingin marah. Tapi di sisi lain, ada bagian dari dirinya yang masih berharap semua itu salah paham.Bahwa Nadine hanya sedang bermain-main, bahwa Ardi tetaplah Ardi — pria sederhana yang membuatnya merasa tenang di tengah kerasnya dunia proyek.Namun semakin ia menolak, semakin pikirannya melahirkan keraguan.“Mungkinkah semua ini benar?” bisiknya lirih.Siang menjelang sor

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 73 – Semaikn Redup

    “Bisnis,” jawab Nadine ringan. “Perusahaan kami sedang dalam pembicaraan kerja sama. Aku kebetulan ingin meninjau langsung cabang yang… menarik perhatian banyak orang belakangan ini.”Ia menekankan kalimat terakhir dengan pandangan menusuk.“Dan rupanya aku menemukan sesuatu yang lebih menarik dari sekadar laporan progres.”Matanya beralih ke Maya. “Seorang staf cerdas yang tampaknya punya hubungan… istimewa dengan CEO Tanaka Group. Betapa ironis, bukan?”Wajah Maya memucat.Ardi segera melangkah mendekat, berdiri di antara keduanya.“Cukup, Nadine,” katanya tegas. “Jangan bawa urusan pribadi ke sini.”Nadine tertawa kecil. “Oh, Adrian. Kau masih sama seperti dulu — selalu ingin mengontrol semua hal, bahkan ketika rahasiamu sendiri sudah bocor di depan mataku.”Ardi mengepalkan tangan. “Keluar dari sini.”Tapi Nadine hanya menatapnya tanpa gentar. “Kau bisa memerintah banyak orang, tapi tidak aku. Lagipula, aku hanya datang untuk urusan profesional. Kalau kau tak mau bicara denganku d

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 72 – Ujian Sindiran

    Langit siang tampak pucat ketika mobil hitam berlogo Wijaya Build Corp berhenti di depan gerbang proyek cabang Timur.Suara rem berdecit halus, diikuti langkah seorang wanita dengan heels tinggi dan aroma parfum yang memotong udara lembap siang itu — Nadine Wijaya, datang seperti badai yang menyamar sebagai angin sepoi-sepoi.Rambutnya disanggul rapi, kacamata hitam menutupi separuh wajah, dan senyum tipis menghiasi bibir yang dulu sama seringnya mengucap cinta maupun ancaman.Bagi sebagian orang di proyek, ia tampak seperti sosok penting yang berkunjung untuk urusan bisnis.Tapi bagi Ardi Tanaka, yang kini masih menyamar di bawah nama samaran itu, kedatangannya berarti satu hal: bahaya.Di dalam kantor cabang, Maya baru saja selesai menata laporan mingguan ketika pintu terbuka dan suara langkah tegas menggema.“Permisi,” suara lembut tapi tajam itu terdengar.Maya menoleh — dan dalam sekejap, atmosfer ruang itu berubah.Wanita itu berdiri di ambang pintu, tersenyum dengan elegan, men

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 71 – Keruntuhan

    Semakin ia mengingat, semakin benih keraguan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar — ketakutan.“Mungkin aku sudah bodoh karena terlalu percaya,” gumamnya. Air mata menggenang di pelupuk.Ia tidak tahu, apakah yang ia rasakan sekarang lebih condong ke arah kekecewaan… atau patah hati.Keesokan harinya, matahari terbit tapi tidak membawa kehangatan bagi mereka berdua.Ardi datang lebih pagi, mencoba memperbaiki suasana dengan bersikap seperti biasa. Ia menyapa semua orang, memberi instruksi dengan senyum ramah, tapi di dalam dadanya, ada rasa waswas yang sulit diabaikan.Ketika ia melihat Maya, senyumnya terhenti sepersekian detik. Maya berdiri di depan meja kerja, sibuk memeriksa dokumen, tapi tak menoleh sama sekali saat ia lewat.“Pagi,” katanya pelan.“Pagi,” jawab Maya cepat tanpa menatap.Risa yang memperhatikan dari jauh bisa merasakan atmosfer yang berbeda.Biasanya, setiap kali Ardi datang, ruangan terasa hangat — entah karena senyumnya, atau karena Maya yang selalu tampak l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status