Tatapan mata Arumi masih setajam belati. Terhunus, menusuk lurus ke dalam pupil mata pria di hadapannya. Jeda singkat yang menggantung di antara mereka dipenuhi ketegangan yang hampir bisa diraba. Bagaikan senar biola yang direntangkan hingga berada diambang putusnya.“Om … tolong dijawab pertanyaan Arumi.”“Makan dulu, nanti makanan kamu keburu dingin.” “Tapi benar nggak, Om?” Arumi kembali bertanya. Ia tak akan berhenti selama Langit belum menjawabnya. Baginya, kebenaran yang pahit, jauh lebih baik daripada kebohongan manis tapi menghancurkan.“Kamu tidak dengar saya bilang apa? Habiskan dulu makananmu,” ucap Langit, tegas dan tak ingin dibantah.Dengan terpaksa, Arumi pun menurut. Menyantap makanannya hingga habis tak bersisa. Walau pun sebenarnya, selera makannya benar-benar sudah hilang sejak pertemuan dengan mamanya tadi.Selang tiga puluh menit kemudian, mereka pun sudah selesai makan. Duduk untuk beberapa saat, setelah itu, Langit pun segera memanggil pelayan dan meminta bill
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-11-19 อ่านเพิ่มเติม