Di depan mata kami semua.”Udara di The Pinnacle yang tadinya riuh mendadak beku, seolah suara Ibu Karina adalah mantra yang membungkam ribuan napas. Tantangan itu menggema, lebih tajam dari pisau koki mana pun, sebuah ultimatum yang dilontarkan dengan dinginnya es kutub. Seluruh mata kini tertuju pada Radit, sang penjual nasi goreng yang baru sekejap lalu dipuja, kini berdiri di ambang pengadilan publik. Di sudut, Chef Adrian menyeringai, sebuah senyum kemenangan prematur yang penuh racun. Ia yakin ini adalah akhir dari dongeng si tukang nasi goreng. Tidak ada keajaiban yang bisa diulang dua kali.Radit menatap Ibu Karina, lalu ke arah Adrian, dan terakhir ke wajah Luna di sisi panggung yang pucat pasi karena tegang. Di dalam dirinya, badai kepanikan yang sempat reda kini mengamuk kembali. Namun, di pusat badai itu, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang keras, panas, dan membara. Amarah. Bukan amarah buta, melainkan kemarahan seorang seniman yang karyanya disebut sebagai tipuan.Tanp
Huling Na-update : 2025-11-05 Magbasa pa