“Wilayahnya dimulai.”Kata-kata Bah Sura menggantung di udara asin, terasa lebih nyata daripada deru mesin diesel si Jagad. Perahu itu meluncur menembus selubung kabut hijau zamrud, dan sensasinya aneh. Bukan seperti melewati kabut biasa yang basah dan dingin, melainkan seperti menembus sebuah selaput tipis yang bergetar. Untuk sesaat, Radit merasakan tekanan aneh di gendang telinganya, dan warna-warna di sekelilingnya tampak lebih tajam, lebih hidup. Lautan hitam legam di bawah mereka kini memantulkan langit senja dengan kejernihan yang mustahil, seolah mereka sedang berlayar di atas hamparan bintang.“Kita nggak lagi di peta, kan, Bah?” tanya Radit, suaranya lebih berupa bisikan takjub daripada pertanyaan.“Peta cuma buat orang yang butuh diyakinkan kalau dunia ini ada batasnya,” gerutu Bah Sura, matanya tak pernah lepas dari cakrawala di depan. “Di sini, batasnya cuma nyali.”Di kejauhan, sebuah siluet mulai terbentuk, tumbuh dari laut seperti punggung seekor kura-kura raksasa yan
Huling Na-update : 2025-11-12 Magbasa pa