…Minum.”Perintah itu menggantung di udara panas warung, lebih berat dari aroma kaldu yang mengepul. Tiga suku kata yang menjadi palu godam, siap menghancurkan sisa-sisa harga diri Radit sebagai seorang Juara Kuliner Nasional. Di hadapannya, di dalam mangkuk keramik kecil, bukanlah sup emas para dewa, melainkan ampas. Buih lemak keruh, serpihan tulang yang nyaris hancur, dan rempah-rempah yang telah menyerahkan seluruh jiwa mereka pada kaldu, kini teronggok tak berdaya, menunggu untuk dibuang. Menunggu untuk diminum.Adrian, yang sedari tadi diam membatu, akhirnya bergerak. “Mbah, ini keterlaluan,” desisnya, nadanya tajam bercampur tak percaya. “Dia sudah membuktikan kerendahan hatinya dengan membersihkan dapur Anda seharian. Ini bukan ujian, ini penghinaan.”Radit mengangkat sebelah tangannya, menghentikan protes Adrian tanpa menoleh. Matanya terkunci pada Mbah Karto, yang balas menatapnya dengan sorot mata setenang dan sedalam panci kaldu di belakangnya. Di mata itu, Radit tidak m
Last Updated : 2025-11-26 Read more