Malam turun pekat. Gerbang kediaman jenderal Shang menjulang dalam bayang-bayang obor. Api berpendar terguncang angin malam, membuat siluet patung singa batu di kanan-kirinya tampak hidup sekejap, lalu mati kembali dalam gelap. Kuda hitam jenderal berhenti tepat di depan gerbang. Pemiliknya turun tidak terburu-buru. Seorang pelayan pria lekas mendekat, hendak meraih tali kekang. Namun, jenderal mengangkat satu tangan, isyarat melarang. Pelayan itu langsung mundur, menunduk dalam-dalam, memberi jalan. Jenderal Shang sendiri menuntun kuda hitamnya menyusuri halaman belakang, melewati lorong sempit berlampu lentera temaram, menuju kandang. Bau jerami kering, peluh kuda, serta kayu tua menyergap begitu pintu kandang dibuka. Dia memasukkan kuda hitamnya ke dalam, menepuk lehernya singkat—sebuah isyarat akrab yang jarang dilakukan jenderal kepada siapa pun, bahkan kepada makhluk yang paling setia pada langkah hidupnya. Dia menuangkan air ke palung, menuang pakan, memastikan i
Last Updated : 2025-12-10 Read more