Pagi itu seusai sarapan, Aura menemani Oma Eliyas berjemur di halaman belakang. Angin lembut berhembus dari arah taman, membawa aroma bunga kamboja yang jatuh di tanah basah. Di sisi kursi rotan tempat Oma duduk, Aura berjongkok sambil memeriksa kaki tua itu yang katanya terasa kesemutan.“Jangan berjongkok begitu, Ra. Panggil saja perawat Oma,” ucap Oma Eliyas lembut, tak tega melihat menantunya melakukan hal yang biasa dikerjakan perawatnya.“Mbak Perawat sedang mengambilkan susu untuk Oma. Tidak apa-apa juga, Oma. Hanya memijat sebentar. Aura sering memijat kaki Mama dan Papa di rumah,” jawab Aura, tersenyum kecil tanpa melepaskan pijatannya yang lembut.Oma Eliyas memandangi wajah menantu cucunya itu, dan senyum haru perlahan muncul di bibir tuanya. Ia tahu, Aura adalah gadis yang baik, lembut, dan penuh bakti. Karena itulah ia selalu berharap Arman tidak kehilangan perempuan seperti ini. Dalam diam, Oma mengamini harapan itu di hatinya.“Ra,” panggilnya lirih. “Oma yang akan memi
Terakhir Diperbarui : 2025-11-04 Baca selengkapnya