“Ra, apa sakitnya sampai sini?”Suara Pras menyentak kesadaran Aura. Tatapan gadis itu yang semula terarah padanya tertangkap basah oleh mata pria itu. Aura buru-buru menunduk, menggeleng kaku.“T-tidak, Om.”Padahal sejujurnya, rasa nyeri itu memang menjalar hingga ke pangkal pahanya. Mungkin saat terjatuh tadi, posisi kakinya tidak benar. Tapi bagaimana mungkin ia mengatakannya? Hanya memikirkannya saja sudah membuat pipinya terasa panas.“Aku sudah tidak apa-apa, Om. Terima kasih,” katanya tergesa, berusaha menutup percakapan.Aura segera menarik kakinya, mencoba bangkit dan melangkah pergi. Namun langkahnya yang tertatih jelas memperlihatkan bahwa ia belum benar-benar pulih.“Ra, jangan dipaksakan. Malah bisa tambah parah nanti,” tukas Pras, suaranya tetap tenang tapi penuh tekanan halus yang membuat Aura semakin kikuk.“Baik, Om. Tapi aku bisa mengatasinya. Permisi…”Dengan langkah limbung yang coba ia stabilkan, Aura keluar dari ruang kerja itu. Ia menahan diri agar tak menoleh,
Last Updated : 2025-10-25 Read more