All Chapters of Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke: Chapter 11 - Chapter 20

Claire kini membuka pintunya hingga terdengar sebuah goyangan lonceng kecil diatas pintu yang langsung membuat salah seorang wanita paruh baya nampak membalikan tubuhnya sambil memanggil nama Claire dengan panggilan yang cukup akrab "Claire!" Aku bisa melihat raut Claire yang mulai menunjukan senyum tipisnya pada wanita paruh baya yang tengah sibuk merapihkan berbagai barang sebelum menutup tokonya. "Sudah lama anda tidak datang kesini" Wanita paruh baya itu kini menatapku dengan mata yang sedikit terbelalak. "Yaampun!, siapa pria tampan ini?" Karna salah satu tanganku masih tertempel diatas dahi, aku hanya bisa membungkuk sambil memperkenalkan diriku secara singkat "saya Harrie Smith, guru pribadi nona Clairence Winston" Wanita paruh baya itu mulai berjalan keluar dari meja panjang dihadapannya dan menepuk punggungku dengan sedikit bertenaga "yaampun! Anda adalah seorang pendidik ternyata hoho" "Pasti melelahkan mengajarkan gadis keras kepala ini dengan tata Krama dan pel

"Nona!" "Nona Claire!" mataku terus berpindai kesana kemari berharap bisa dengan segera menemukannya. "Tuan Harrie" suara lirihnya terdengar sayup - sayup diantara kabut tebal disekitarku. Aku berusaha memanggil namanya seraya mendengarkan suara lirihnya yang dengan segera membimbingku untuk menemukannya. Aku kini bernafas lega melihat tubuhnya tidak terluka dan hanya terduduk kaku diatas tanah hingga meninggalkan bercak tanah di dress putih miliknya. Claire yang mendengar suara derap langkahku lantas menoleh sambil memanggil namaku dengan nada lirihnya "Tuan Harrie" Aku kini berjalan mendekatinya sambil memeriksa keadaannya "Nona baik - baik saja kan? Tidak terluka kan?" Claire hanya mengangguk pelan. Sambil menunjuk semak - semak diantara pohon menjulang tinggi disekitarnya "Tadi ada sesuatu disana" Dengan matanya yang sedikit berkaca - kaca ia menatapku "Aku takut tuan Harrie" lirihnya kembali sambil memegang jemariku dengan erat. "Tidak apa - apa, sekarang nona

Tepat ketika aku menuruni tangga, aku bisa melihat salah seorang pelayan membawa nampan berisi air, daging panggang dan juga pudding sebagai hidangan penutup mulut. Pelayan itu nampak menundukan kepalanya menyapaku singkat sebelum langkahnya dengan segera ia percepat untuk sampai ke lantai atas. Aku kini berjalan menuju meja makan hanya untuk menemukan countess Winston baru saja selesai menyantap makanannya lewat tangannya yang kini tengah membersihkan sudut bibirnya dengan kain serbet. Begitu matanya berkontak mata denganku, countess Winston dengan segera memanggil namaku dengan nada yang sedikit riang "Ahh, tuan Harrie" panggil countess sambil tersenyum kepadaku. Aku ikut tersenyum membalasnya dan berjalan duduk diatas meja makan dan menaruh selembaran kertas itu di kursi kosong disebelahku. "Apakah saya terlambat?" Kini, salah seorang pelayan menaruh daging panggang diatas piringku hingga aku bisa mencium aroma butter yang menyengat begitu masuk melewati hidungku.

"Tugas lagi?" Tanyanya yang masih dari cela pintu dengan nada sedikit merengek. Aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum lebar kearahnya "hanya 30 soal" Yang seketika membuatnya mendengus sebal dan sengaja membuka pintu kamarnya dengan celah yang sangat sempit untuk dilewati. Begitu aku melewatinya, Claire nampak membuka tirai balkonnya dengan dress kuning cerah lengkap dengan rambut terurai sempurna. Kamarnya juga terasa hidup sekarang, tumpukan buku yang berada diatas lantai, kini ia pindahkan seluruhnya keatas rak kayu besar disamping pintu balkon kamarnya. Selimutnya juga terlihat rapih diatas kasur. Dan rasa pengap yang hadir kemarin kini sepenuhnya lenyap meninggalkan bau vanilla yang bercampur dengan tanah basah secara samar - samar. Meski tentu tidak bisa kupungkiri masih banyak barang yang tergeletak sembarangan dilantai entah itu boneka kelinci, remahan kue kering dan juga beberapa tumpahan tinta yang mengenai bagian lantai hingga sulit di hilangkan bahkan

Aku menghela nafas dan segera menghampirinya untuk mengambil buku yang ingin ia raih, sebelum tubuhnya tiba - tiba berbalik dan mematung tepat dihadapanku. Aku memang tidak melihat rautnya dengan jelas, tapi begitu tanganku berhasil mengambilnya, aku bisa melihat Claire tengah menatapku dengan lekat dari bawah sana. Bahkan suasana bosan yang kurasakan mulai terasa canggung. apalagi, kalimat yang biasa ia lontarkan di beberapa waktu kini seperti terbungkam oleh suasana. bahkan suasananya kian memburuk mengingat Claire yang hanya menatapku dengan lekat tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya. Suasana itu juga membungkamku secara perlahan. bahkan kalimat yang biasa muncul untuk mencairkan suasana tiba - tiba hilang begitu saja dari kepalaku. Mati - Matian aku berusaha memutus kontak mata dengannya agar suasana canggung ini tidak berlanjut namun mata ambernya yang mempesona nampak menyihirku hingga aku kesulitan mengalihkan pandanganku darinya. "Sial" umpatku dalam hat