Meyra membelalakkan mata seketika melihat sampul buku yang sedang dibuka Glen. Wajahnya langsung memanas.“Kenapa Papa baca yang itu?!” protesnya dengan suara yang bergetar malu.Meyra spontan bergerak hendak merebut novel itu.Tetapi Glen hanya mengangkat tangan. Membuat buku tersebut jauh dari jangkauan.“Memang kenapa nggak boleh baca ini? Papa udah cukup umur, Meyra.”Glen menahan senyum kecil. Nada suaranya tenang tapi jahil.Meyra mendengus. Pipi merahnya masih tampak.“Iya tahu, Papa cukup umur. Tapi kan—”Ting! Tong!Suara bel di depan rumah memotong kalimatnya. Glen mengangkat dagu ke arah pintu.“Ada tamu, tuh. Lihat sana,” perintahnya.Sambil menyembunyikan buku itu ke belakang punggungnya.Alis Meyra mengkerut. Mau tidak mau, dia melangkah ke pintu depan.Begitu membukanya, Meyra mendapati sosok yang sudah beberapa kali bertamu.“Pagi, Nona Meyra,” sapa Ian, sekretaris Glen, dengan sopan seperti biasa.Meyra mengangguk pelan.“Pagi. Masuk aja, Ian,” balasnya, mempersilahka
Last Updated : 2025-11-28 Read more