Lahat ng Kabanata ng Identitas Asli Wanita Kesayangan CEO: Kabanata 11 - Kabanata 20

Amelia berpura-pura tetap tenang. Matanya sama sekali tidak berani menatap Theo.Pada titik ini, Jody membalikkan badannya ke samping, menundukkan kepalanya sedikit dan memperkenalkannya, "Rissa, ini bibiku."Amelia membuka mulutnya dan memanggil dengan suara yang agak serak, "Bibi."Amelia sengaja merendahkan suaranya. Meski tidak bisa sepenuhnya mirip dengan suara Rissa, di suasana yang begitu ramai, hal tersebut masih cukup untuk mengelabui orang.Amelia pernah mendengar Malik membicarakan tentang Yasmin. Yasmin adalah seorang wanita karier yang sangat berpengaruh dan penuh strategi. Kondisi kesehatan Pak Edwin tidak terlalu baik dan selama ini dia sedang menjalani masa pemulihan. Oleh karena itu, urusan perusahaan sepenuhnya ditangani oleh Yasmin. Yasmin sangatlah cakap dan memiliki pikiran yang tajam.Sikap Amelia yang begitu berhati-hati ini membuat Yasmin merasa jika "Rissa" yang ada di hadapannya ini tampak begitu sopan dan penurut.Yasmin pun mengangguk puas. "Hmm. Jody, sekar

Amelia menggelengkan kepalanya sekuat tenaga. Namun, tangan dan kakinya terikat, sehingga dia tidak bisa bergerak. Mulutnya juga disumpal kain tebal.Ambar bahkan tidak mengizinkan Amelia untuk dibius. Dia memaksa Amelia menanggung sakitnya pemberian cap tersebut.Di tempat yang sama, dengan bekas luka yang sama… Saat besi panas itu menyentuh dan membakar kulitnya, rasa sakit yang menusuk jantung menjalar ke seluruh tubuh hingga ke setiap tulang dan anggota badan Amelia.Amelia kesakitan hingga mengerang tertahan. Namun, karena mulutnya disumpal kain, sama sekali tidak ada suara yang keluar. Yang dirasakan Amelia hanyalah seluruh tubuhnya kejang-kejang karena rasa sakit yang tidak tertahankan.Akhirnya, Amelia merasakan pandangannya menjadi gelap dan dia jatuh pingsan karena kesakitan…Keesokan paginya, di rumah sakit.Rissa terbangun. Saat melihat dirinya di cermin, Rissa tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, "Ah!"Orang di dalam cermin itu dipenuhi ruam merah di sekujur tubu

Dalam kepanikannya, Amelia langsung berbalik dan menjelaskan, "Aku, aku bukan Rissa."Jody mengerutkan kening. Rissa berpura-pura tidak mengenalnya? Apa Rissa sedang kesal karena beberapa hari ini dia terlalu sibuk dan mengabaikannya?Amelia tidak berani membiarkan pria itu bertanya lebih lanjut. Namun, saat dia berniat melarikan diri dari ruang kelas, rektor yang menyusul di belakang Jody, menatap Amelia dengan tidak senang, "Kuliah akan segera dimulai. Cepat kembali ke tempat dudukmu!"Langkah kaki Amelia terhenti. Dia terpaksa kembali ke tempat duduknya.Tatapan tajam dari arah belakang terus mengikutinya, sehingga membuat Amelia ingin sekali bersembunyi di bawah meja.Di atas podium, suara Jody yang dalam terdengar melalui pengeras suara, "Halo, para mahasiswa. Aku Jody Bramantya. Untuk setengah semester ke depan, akulah yang akan mengajar kalian mata kuliah keuangan."Begitu Jody selesai berbicara, seluruh kelas langsung menjadi heboh.Para mahasiswi mulai berebut mengajukan perta

Amelia buru-buru mencegahnya, "Nggak perlu. Sopir temanku sudah datang. Mereka akan mengantarku pulang."Setelah berkata seperti itu, Amelia mencengkeram ponselnya dengan gugup. Telapak tangannya langsung berkeringat dingin.Setelah beberapa saat tidak ada suara di ujung telepon, akhirnya suara Jody kembali terdengar, "Oke."Amelia pun tanpa sadar menghela napas lega. Dengan nada bicara yang canggung, Amelia mengucapkan sepatah dua patah kata kepada Jody, lalu menutup teleponnya.Beberapa menit kemudian, sopir Keluarga Pambudi tidak kunjung datang. Namun, tiba-tiba saja, seberkas cahaya lampu mobil menyorot ke arah mereka.Sebuah mobil Boney hitam perlahan melaju mendekat.Saat melihat pelat nomor mobil tersebut, Amelia pun tertegun selama beberapa saat.Itu mobil Jody! Bukankah Jody bilang tidak akan datang? Lalu, kenapa bisa…Melalui jendela mobil, pria itu mengamati dua orang yang tengah menunggu, atau lebih tepatnya, memusatkan pandangannya pada Amelia, sebelum perlahan menurunkan

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Amelia sudah menerima telepon dari Jody. Lebih tepatnya, telepon yang ditujukan untuk Rissa.Malam itu, Jody ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat.Lantaran kemarin sudah menolaknya sekali, Amelia pun tidak lagi berani menolak. Dia segera merias wajahnya dengan riasan tebal, meniru gaya Rissa.Setelah makan siang, Adnan Cahyadi, sopir Jody, benar-benar datang tepat waktu untuk menjemputnya.Tempat yang mereka tuju adalah rumah lelang ilegal.Ketika Amelia tiba, sejauh mata memandang, semua kursi sudah dipenuhi orang. Adnan membawa Amelia ke lantai dua dan terus berjalan hingga sampai di depan pintu sebuah ruangan.Begitu pintu didorong hingga terbuka, hal pertama yang dilihat Amelia saat masuk adalah seorang pria yang tengah duduk di sofa sambil memegang gelas anggur.Meskipun sudah memakai riasan wajah, Amelia tetap takut pria itu akan menyadari sesuatu yang aneh. Oleh karena itu, setelah masuk, Amelia langsung duduk di sisi lain sofa, di tempat y