Ruang tamu kontrakan Alya yang sempit terasa semakin mencekik. Oksigen seolah tersedot habis, digantikan oleh aroma maskulin yang kuat—perpaduan sandalwood, tembakau mahal, dan bahaya yang pekat.Luciano tidak perlu berteriak untuk menguasai ruangan itu. Dia hanya perlu berdiri di sana, menjulang tinggi dengan setelan jas hitam yang membalut tubuh atletisnya, menatap Alya seperti seekor singa menatap kelinci yang terpojok."Duduk, Alya," perintahnya. Suaranya tenang, tapi nadanya tidak menyisakan ruang untuk bantahan.Alya menggeleng, kakinya mundur selangkah hingga punggungnya menabrak lemari pajangan tua. "Di mana ibuku? Apa yang kalian lakukan padanya?"Luciano menghela napas panjang, seolah kesabaran adalah barang mewah yang enggan ia berikan. Perlahan, dia melangkah mendekat. Satu langkah. Dua langkah. Hingga jarak di antara mereka nyaris nol.Alya menahan napas. Dia bisa merasakan hawa panas tubuh pria itu.Luciano menunduk, hidungnya menyusuri perpotongan leher Alya—tepat di te
Last Updated : 2025-12-23 Read more