LOGIN"Nyawamu adalah milikku sampai utang itu lunas. Termasuk hatimu." Alya Kirana, seorang perawat UGD yang jujur, tidak pernah menyangka bahwa aksi heroiknya menyelamatkan pria asing yang tertembak di sebuah gang gelap akan menghancurkan hidupnya. Pria itu adalah Luciano, pemimpin klan mafia paling ditakuti yang memiliki tangan sedingin es dan tatapan mematikan. Masalah menjadi pelik saat adik laki-laki Alya kabur membawa lari uang operasional Luciano sebesar sepuluh miliar rupiah. Sebagai jaminan, Alya diseret ke dalam sangkar emas milik sang Tuan Mafia. Ia dipaksa menandatangani kontrak "setan" sebagai asisten medis pribadi sekaligus sandera yang tidak boleh pergi satu inci pun dari jangkauan Luciano. Luciano yang terobsesi, kasar, dan tidak mengenal ampun, mulai menjerat hidup Alya dalam aturan-aturan yang menyesakkan. Namun, di balik dinding mansion yang dingin, rahasia gelap masa lalu Luciano perlahan terkuak, dan Alya menemukan dirinya terjebak dalam perang emosi antara benci dan hasrat yang tak terelakkan. Sanggupkah Alya bertahan dalam jeratan obsesi pria yang seharusnya ia hindari? Atau justru ia akan tenggelam selamanya dalam genggaman sang Tuan Mafia? "Jangan jatuh cinta padaku, Alya. Karena jika itu terjadi, aku tidak akan ragu untuk menghancurkanmu sekalian."
View MoreAroma itu belum juga hilang. Pekat, manis, namun memiliki daya hancur yang luar biasa di paru-paru. Bau parfum Black Orchid milik Isabella masih bergelayut di udara penthouse yang sunyi, seolah-olah wanita itu baru saja melukiskan tanda kepemilikannya di setiap sudut ruangan mewah itu menggunakan racun tak kasat mata. Bagi Luciano, aroma itu bukan sekadar wewangian mahal; itu adalah bau pengkhianatan masa lalu yang kini bangkit dari kubur untuk menagih janji yang sudah lama ia bakar.Luciano berdiri mematung di tengah kamar tidurnya yang luas, bayangannya memanjang di atas lantai marmer yang dingin. Dadanya naik turun dengan ritme yang berat, berusaha meredam rasa sakit yang menjalar hebat dari bahu kanannya. Jas abu-abu Italian wool yang dikenakannya—simbol kekuasaan yang biasanya membuatnya tampak tak tersentuh—kini ternoda parah. Darah segar merembes cepat, meluas seperti tinta merah di atas kanvas abu-abu, bercampur dengan sisa air hujan yang membuat pakaian itu terasa seberat beb
Jam dinding digital di nakas menunjukkan pukul tiga pagi, namun bagi Alya, waktu seolah telah mati sejak Luciano melangkah keluar dari pintu itu.Dingin.Hanya satu kata itu yang kini mendefinisikan eksistensinya. Alya masih duduk meringkuk di sudut karpet bulu tebal di samping tempat tidur raksasa Luciano. Sesuai perintah sang Tuan Mafia, dia tidak berani mengganti seragam perawatnya. Kain tipis berwarna putih itu kini telah berubah menjadi kulit kedua yang menyiksa—basah, lengket, dan perlahan mengering dengan kaku akibat hembusan AC sentral penthouse yang disetel di suhu terendah.Setiap kali Alya mencoba bergerak, kain basah itu menggesek kulitnya yang mulai membiru, mengingatkannya pada posisinya yang hina."Tetaplah basah, dingin, dan menyedihkan..."Kalimat itu berulang di kepalanya seperti mantra kutukan. Alya memeluk lututnya lebih erat, berusaha menahan getaran tubuhnya yang tak terkendali. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang terbuka. Di sana, di cermin yan
Suara interkom itu mati, meninggalkan keheningan yang jauh lebih mencekam daripada suara tembakan tadi.Luciano melepaskan cengkeramannya di lengan Alya. Bukan dengan lembut, tapi dengan sentakan kasar seolah Alya tiba-tiba berubah menjadi benda panas yang membakar kulitnya. Dia mundur selangkah, menciptakan jurang pemisah di antara mereka.Aroma sandalwood yang hangat dan memabukkan karena uap air tadi, kini menguap seketika, digantikan oleh hawa dingin AC penthouse yang menusuk tulang."Tuan..." Alya mencoba meraih lengan pria itu lagi, matanya basah oleh air shower dan air mata. "Isabella... siapa dia? Dan Rian... dia ada di mana sekarang?"Luciano tidak menjawab. Dia bahkan tidak menatap Alya. Wajahnya yang tadi menunjukkan sedikit gairah dan kerentanan, kini tertutup topeng besi. Datar. Kosong. Mematikan.Tanpa sepatah kata pun, Luciano berbalik dan melangkah keluar dari kamar mandi, meninggalkan Alya yang menggigil kedinginan dengan seragam basah kuyup yang mencetak tubuhnya.Al
Uap panas memenuhi kamar mandi luas yang berlapis marmer hitam itu, menciptakan kabut tebal yang menyamarkan pandangan. Suara gemericik air dari rain shower terdengar seperti genderang perang di telinga Alya.Luciano berdiri di bawah guyuran air, masih mengenakan celana kain hitamnya yang kini basah kuyup dan melekat di kulit. Kemeja hitamnya sudah tergeletak di lantai, robek dan bersimbah darah. Bahu kanannya yang baru saja terserempet peluru mengeluarkan aliran merah pekat yang langsung luruh bersama air, mewarnai lantai marmer dengan warna merah muda yang mengerikan."S-saya tidak bisa membersihkan luka Anda jika Anda terus berdiri seperti itu," suara Alya bergetar, hampir hilang ditelan suara air.Luciano perlahan berbalik. Wajahnya pucat karena kehilangan banyak darah, namun matanya—mata elang yang kelam itu—masih memiliki kekuatan untuk menelanjangi jiwa Alya."Maju, Alya," perintahnya rendah. "Bantu aku melepas ini. Tanganku... tidak bisa digerakkan."Alya melangkah masuk ke da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.