Sienna was 10 when she had to witness her parents being murdered right in front of her eyes. The incident caused her severe PTSD. The Alpha King brought the little girl to his castle after the tragic incident. Everyone welcomed her wholeheartedly except for one person, the Alpha King's son, Azriel Ledger. He hated her for her closeness to his dad and bullied her whenever he got the chance. The PTSD had stripped Sienna off of her wolf. She was now just an omega and Azriel left no chance to remind her of that. He was obsessed with hurting her or maybe just with her; only time will tell. His hatred starts to turn into something else, something intense as time passes by. But the question is would he be able to acknowledge it before it's too late?
View MoreSetiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu masa lalu yang indah ataupun masalalu yang kelam. Seorang yang memiliki masa lalu yang kelam berbeda dengan seseorang yang memiliki masa lalu yang indah. Masa lalu yang Indah akan terus dikenang dan diingat sedangkan masa lalu yang kelam akan selalu menghancurkan masa yang akan datang, karena masa lalu itu seperti warna jinga senja. Selalu indah untuk di kenang tapi gelap setelahnya karena kecewa..
Seperti seseorang yang selalu melamun dan tidak memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya. Adnid Inayra namanya, sering dipanggi Ira, seorang istri dan seorang ibu dimasa kini, menikah diumur 20 tahun yang terbilang muda, dengan seorang pria yang satu tahun lebih tua darinya, menikah karena hamil diluar nikah, dan harus bertanggung jawab menjadi seorang istri dan ibu di usianya, ya dialah orangnya wanita yang memiliki masa lalu yang begitu membuatnya terpuruk dan hancur, hingga ia selalu dihantui dengan rasa penyesalan juga rasa bersalah kepada suaminya.
Setelah menikah mereka tinggal di kota yang jauh dari rumah Ira, mereka sudah lama tidak berkunjung ke desa, Ira tidak pernah ingin pulang karena suatu masalah, setiap kali mereka berkunjung ke desa tempat ira tinggal membuatnya menjadi sedih karena mengingatkan hal yang membuat hati sesak yaitu tentang masa lalu yang berada di dalam satu desa dengan Ira.
Suatu ketika ada acara yang mengharuskan mereka pulang, hingga akhirnya mau tidak mau mereka pun pulang, ketika perjalanan pulang Ira terlihat sangat gelisah.
“Yah, jangan lewat jalan utara ya, kita lewat jalan selatan saja,” kata Ira kepada suaminya.
“Memangnya kenapa? Aku lebih suka jalan utara,” jawabnya.
“Tidak papa hanya saja jalan utara berkelok-kelok aku tidak suka,” Ira mencari alasan.
Mereka pun melewati jalan utara atau jalan yang tepat melewati depan rumah masa lalu Ira, yang membuatnya teringat akan awal hingga akhir dari percintaannya dengan masa lalu yang telah membuatnya sesak. Ira pun kemudian melamun.
Bermula dari rasa benci yang amat dalam kepada seorang pria yang di kenal sejak sekolah dasar, saat itu Ira sangat tidak suka dekat ataupun berteman dengan pria itu hanya karena dimata Ira pria itu terlihat begitu jelek hingga tidak ingin berteman. Tetapi lama kelamaan rasa benci itu memudar saat sudah di kelas lima sekolah dasar, hubungan mereka mulai membaik saat guru memberikan tugas yang harus di kerjaan secara berkelompok, kelompok pun sudah ditentukan oleh guru di kelasnya.
“Baiklah anak-anakku semuanya kelompok sudah ibu bagikan dengan adil mohon kalian bekerja sama untuk mengerjakan tugas, karena kebersamaan itu sangat penting untuk hasil akhir,” kata Guru sambil menata buku karena pelajaran sudah usai.
“Bu saya mau bertanya, apakah saya boleh pindah kelompok? Saya ingin satu kelompok dengan Ira?” Tanya Irsab
Irsab adalah teman laki-laki Ira yang dekat dengannya, tak hanya Irsab, Ira juga masih memiliki teman laki- laki, diantaranya Dasra, Tidan Nasah, dan Guntur mereka adalah teman laki-laki Ira yang dekat dengannya.
“Tidak bisa Irsab kelompok sudah pas tidak bisa di ganti lagi,” jawab Guru di kelasnya.
“Tapi jika saya bertukar dengan Navi boleh kan bu?” Tanya Irsab lagi
Navi adalah pria yang Ira benci dari semenjak ia pindah ke sekolah dasar dimana Ira bersekolah. Navi pria yang sebenarnya tidak terlalu jelek tetapi ia pintar dan kaya selalu mendapat peringkat pertama dikelas.
“Jika Navi mau silahkan saja, kalian lanjutkan sendiri Ibu akan menutup pelajaran hari ini,” jawab Guru sambil meninggalkan kelas.
“Navi kau tukar kelompok denganku, kau tau kau juga tidak ingin satu kelompok dengan Ira kan?” Tanya Irsab pada Navi
“Siapa yang mau bertukar denganmu aku tidak pernah bilang tidak ingin satu kelompok dengan Ira,” jawab Navi melirik Ira
“Tapi bukankah kalian selalu berantem kalau bersama,” lanjut Irsab
“Iya, dulu tapi sekarang udah enggak,” jawab Navi
“Sudah-sudah Irsab, jangan berebut kelompok, sudah ikuti kelompok yang guru bagi saja, jangan ribut lagi,” lerai Ira sebelum mereka berantem.
“Tapi Ra hanya aku dan Dasra yang tidak satu kelompok dengamu, tak adil kita selalu sama-sama dari taman kanak-kanak dan kali ini dipisahkan,” lanjut Irsab
“Sudahlah Irsab terima saja,” ujar Icus
Icus adalah sahabat Ira, Ira memiliki dua sahabat wanita yaitu Icus dan Alala mereka selalu bersama melewati suka duka bersama sejak Taman kanak-kanak.
Israb pun mengalah dan tidak mempermasalahkannya lagi.
“Teman nanti pulang sekolah kita langsung mengerjakan tugasnya dirumahku ya!” Ajak Navi
“Baik,” jawab satu kelompok.
Tetttttt…teetttt…. Bel pulang pun berbunya Ira dan kawan-kawan bergegas pulang, saat pulang ia dihadang oleh Navi.
“Ira sampai bertemu nanti, aku tunggu kamu datang kerumahku,” kata Navi yang tiba-tiba berada di dedap Ira lalu berlari pulang.
Ira pun hanya dia terheran akan tingkah laku Navi.
Setelah sampai di rumah Ira berberes dan menunggu teman-temannya menjemputnya untuk berangkat kerumah Navi.
“Ira….” Teriak Alala
Ira pun keluar dari rumah
“Kalian sudah datang, ayo langsung aja kita jemput Tidan,” jawab Ira sambil menutup pintu.
“Bagaimana dengan Nasah dan Guntur?” Tanya Tidan
“Rumah mereka tak jauh dari rumah Navi mungkin mereka sudah ada disana,” jawab Icus
Merekapun berangkat menggunakan sepeda.
Sesampai dirumah Navi tenyata benar Nasah dan Guntur sudah menunggu di depan rumah Navi.
“Ira kalian sudah datang ayo masuk saja,” Navi mempersilahkan mereka masuk
“Kita langsung mulai saja ya agar kita nanti bisa bermain setelah selesai tugas,” lanjut Navi
Tak lama Pembantu rumah tangga Navi keluar membawakan jus untuk semua orang.
“Silahkan diminum,” kata Bibi separuh baya.
“Terimakasih Bi,” jawab mereka bersamaan.
Tugaspun telah selesai dikerjakan selama dua jam, hari belum terlalu sore mereka memutuskan untuk bermain sebentar dirumah Navi.
“Ashhhhh…..Guntur kau….,” teriak Ira
Mereka yang asyik bermain melihat kearah Ira yang berteriak.
“Maaf Ira aku benar-benar tidak sengaja,” ujar Guntur
“Navi aku ingin kekamar mandi,” kata Ira
“Baik ayo aku antarkan,” jawab Navi
“Wah kau ceroboh Guntur jika Irsab disini habis lah kau,” kata Nasah yang mengoda Guntur
“Benar Irsab pasti marah karena teman dekatnya diguyur jus hahaha….,” lanjut Alala
“Aku kan tidak sengaja,” jelas Guntur.
Navi pun mencarikan handuk dan baju ganti untuk Ira karena bajunya basah.
“Ira buka pintunya ini ada handuk dan baju kamu pakai saja tidak papa,” kata Navi sambil mengetuk pintu.
“Terimakasih Navi tapi aku pulang saja, tidak mau merepotkan kamu,” jawab Ira
“Kamu yakin, ini baju baru belum aku buka sama sekali tapi mungkin sedikit besar,” kata Navi meyakinkan Ira
“Yakin Navi, ya sudah aku pulang dulu saja ya sampai jumpa besok,” pamit Ira kepada Navi
Setelah sampai ruang tamu.
“Ira kau mau kemana?” Tanya Guntur
“Pulang,” jawab Ira sedikit kesal
“Ya sudah aku ikut kamu pulang,” jawab Alala
Icus dan Alala menemani Ira pulang dirumah Navi hanya tersisa semua lakilaki dan melanjutkan bermain game PS2.
Pagi harinya Ira pun duduk didalam kelas.
“Iraaa..Kau masih marah denganku?” Sapa Guntur
“Gun kau jauh-jauh dari Ira, apa yang kamu lakukan? Makanya dari tadi Ira diam saja,” sambung Irsab yang dari tadi memperhatikan Ira yang duduk diam
“Dia kemarin tidak sengaja numpahin jus ke baju Ira sampai basah,” adu Nasah ke Irsab
“Aku tidak sengaja lohh aku hanya mau minum tapi gelasnya kesenggol,” jelas Gunturr
“Sudah tidak papa aku tidak marah Cuma masalah kecil,” jawab Ira
Tettt…teet…… bel masuk berbunyi.
Guru pun masuk dan memberikan tugas menggambar karena Guru akan rapat.
“Baiklah semuanya hari ini guru-guru disekolah akan rapat sampai jam istirahat jadi di jam pertama dan kedua ini kalian harus mengumpulkan tugas menggambar pemandangan, dikumpulkan setelah bel istirahat berbunyi,” kata Guru Kelas
“Baik bu,” jawab Murid serentak
Sudah satu jam berlalu Ira belum juga mulai menggambar karena ia memang tidak ada bakat menggambar.
“Wah Irsab kau selalu embuatku kagum, gambaran kamu bagus sekali aku suka,” kata Ira sambil melihat gambar Irsab.
“Kau suka? Kalau gitu buat kamu saja,” kata Irsab
“Tidak itu kan gamabaran kamu, seharusnya buat kamu sendiri, aku tidak mau,” jawab Ira
“Lalu kamu akan mengumpulkan apa? Memang kamu biasa gambar? Toh ini juga sengaja aku gambar buat kamu jadi aku buat seadanya,” kata Irsab
“Ya aku nanti gambar sendirilah gunung dua dan sawah selesai deh,” jawab Ira dengan Polosnya
“Udah ambil ini,” kata Irsab dan memberika gambarannya kepada Ira
“Lalu kamu bagaimana?” Tanya Ira
“Aku gambar lagi nanti,” jawab Irsab dan mulai menggambar lagi.
“Irsab…Terimakasihhhhhh,” kata Ira sambil menepuk pundak Irsab.
Navi yang sedang berjalan ingin memberikan gambarannya itu kebada Ira melihat Irsab yang sudah duluan menjadi dewa penolong Ira, Navi pun berputar badan dan duduk kembali di tempatnya.
Azriel took a deep breath to calm his raging nerves. After spending years as a rogue the fact that today he was finally going to get his curse broken felt surreal. Reagon had shifted last week. He was ten now and was ready to revoke the curse. Sienna hugged him from behind and kissed his nape. "What are you thinking?" she asked. Azriel turned and gave her a soft smile. "Nervous?" she asked. Azriel nodded. "You are gonna be fine," Sienna assured him with her magical smile. When she smiled everything seemed to be falling in its place. Ten years and he was still crazily in love with her. She adjusted his tie out of habit before fixing his hair. Azriel cradled her face and kissed her mouth. Her kisses had a healing power in them. He always felt at ease whenever she kissed him. Sienna knew that so she let him devour his mouth. The ceremony started shortly. Azriel was standing at the altar and his son was standing across from him. Sienna and others were standing in the hall. As the re
Sienna woke up early in the morning feeling discomfort. The pain intensified by every second. She was in labor. The woman gripped her ballooned stomach and moaned in pain. Azriel was snoring next to her. "Azriel," she grasped his sleeve and breathed. His brows furrowed before he opened his eyes. His features twisted in alarm when he saw her breathing heavily. "I..it's time," she managed through her pain. Realisation came quickly to Azriel. "Hold on," Azriel quickly scooped her in his arms. He dashed out of their room and descended the stairs while shouting for the servants. A man came rushign towards them and bowed to the royal couple. "Call Dr. Hamilton and tell him to prepare," Azriel commanded the servant and raced past him. "You are going to be alright. Just take deep breathes okay?" Azriel kicked off the engine and sped the car. He rubbed her hand and kept assuring her throughout the ride. In ten minutes he was in front of the hospital. Quickly rounding up to her side, he p
The pregnancy hormones had gotten the better of Sienna. She was waking up nauseated every morning. Even though she had gone through all this once before it still felt like nightmare. Whoever said pregnancy duration is the best time of a woman's life was a damned liar. There was nothing good in feeling pukish all the time. The only consolation was that she wasn't the only one suffering this time. Azriel was here too.Azriel had witnessed a major shift in his mate during the pregnancy and it would be a lie to say it didn't terrify him. Whatever happened to his sweet obedient mate. She had turned into a control freak with her senses heightened exceedingly. Last night she jerked him awake just because hee was breathing tooloud and it was disturbing her sleep. The man had to sleep on the floor the rest of the night. Coffee was completely banned from the house as its smell repulsed her and let's not talk about eggs. Not too many days ago she didn't let Azriel inside the mansion because he
Sienna was without breath as she waited for the arrival of her mate and son. She had made Reagon’s favourite food with her own hand. There was an indousable smile on her face since the moment the messenger had come bearing the news of her son’s rescue.Currently she was standing by the window. Her hopeful eyes were fixed on the iron door. Her heart soared with happiness when a black car showed up in front of the Iron gate. A screeching sound emerged as the gate opened to let the car in. Sienna turned to rush out of her room and down the stairs to welcome her family. Tears of joy were in her eyes. Her heart was constantly at knot the whole night.The gate opened just when she climbed down the last step.Reagon’s gray eyes immediately latched onto Sienna and he lefthis father hand to run towards his mom. Sienna caught him and hugged him tightly while crying.“I am so sorry, baby….Mommy is sorry,” she sobbed against him.“Why are you sorry, Mommy?” the boy leaned back and asked in confus
They left the castle together as the sun descended into the pit of oblivion. Azriel, Sean, and Violet were riding ahead. Violet had sheer determination written over her face as she rode along the werewolves. She was waiting for a chance to exact her revenge on her bitch of mother. She finally got one. That woman had killed his father for her manwhore. They were riding on horses as the jungle was too dense to allow movement to car.With these mighty warriors alongside her, she was certain of victory. Azriel also had a fire burning inside him. He was going to pluck those eyes who dared to cast an evil glance at his family. That witch will have to pay for every sin she committed and the biggest of them all was to abduct his son.“I honestly believe that this witch is misleading us,” Sean sent a suspicious glare in Violet’s way.“ Keep talking and I’ll turn you into a frog,” Violet replied in a casual manner. Sean’s glare intensified.“Bloody witch,” Sean muttered under his breath“As
Sienna felt as if someone had pulled the ground off her feet. "What?' Azriel asked, equally shocked. "A girl had seen him running after a cat towards the garden. We checked the garden he is not there," Sean's voice was shaky with worry. "Did you..did you check his room? He must be in his room," Sienna piped in. Her voice held a tremor. "We did..He is not there," Sean answered. Fear gripped her heart instanly. Her maternal instincts were yellign at her that something was wrong. "My son," Sienna staggered back as tears streamed down her eyes. Azriel held her. "I'll find him, Sienna. He must have strayed off while playing," Azriel assured her but there was an edge in his voice. Azriel rushed out the room and began looking for Reagon. They searched every corner of the castle, from court to dungeon but there was no trace of Reagon. The boy had disappeared. Sienna was panicking now. She had no idea where her son was. Whotook him and why? The guards had also seen him playing with a
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments