Share

1. Bagian 8

Matahari masih bersinar dengan teriknya siang itu, sinarnya yang panas menyengat seakan ingin membakar semua apa yang ada diatas permukaan bumi ini, hingga tak heran banyak orang lebih memilih untuk tetap berada didalam rumah mereka karena mereka tak tahan akan panasnya sinar matahari pada siang itu.

Diantara teriknya terpaan sinar sang surya, sebuah lembah terlihat berdiri dengan suburnya, sejauh mata memandang, pohon-pohon berbagai jenis dan ragam tumbuh dengan suburnya dilembah tersebut, dari jenis yang mudah ditemui hingga sampai jenis yang amat langka sekalipun ada dilembah itu, hingga tak heran orang-orang dunia persilatan memberikan nama Lembah Obat kepada lembah tersebut, tapi keberadaan Lembah Obat ini hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya. Sehingga bisa terbilang sangat jarang ada orang yang dapat mencapai tempat itu.

Siang itu, dua sosok tubuh tampak berjalan menaiki Lembah Obat, keduanya adalah dua sosok kakek-kakek yang mengenakan serba putih, gerakan keduanya begitu santai, tapi anehnya, setiap kali keduanya bergerak, tubuh keduanya sudah berada beberapa tombak didepan, padahal langkah keduanya terlihat begitu perlahan dan sangat perlahan, tapi hasilnya sungguh mengejutkan, dapat dipastikan kalau kedua kakek ini bukanlah orang sembarangan. Kedua-duanya terus melangkah menaiki Lembah Obat menuju kepuncak.

Tanpa halangan dan waktu yang relatif singkat, kedua-duanya telah tiba dipuncak Lembah Obat, tapi begitu tiba dipuncak Lembah Obat, keduanya dikejutkan oleh sebuah suara yang langsung menegur keduanya.

“Bujul buneng, rupanya bukan kita saja yang ada keperluan ditempat ini.......!!”. suara itulah yang mengejutkan sosok kedua kakek ini yang terlihat langsung menghentikan langkah mereka, seketika pandangan mereka terarah kearah asal suara.

“Weleh-weleh, bener-bener cebol, rupanya Sigila Tuak dan Datuk Langitpun ikut datang kemari......sama seperti kita hee...hee....”. ucap suara yang satunya lagi terdengar tertawa.

“Sepasang Raja Aneh Seruling Dewa........”. ucap kakek ternyata adalah sosok Datuk Langit mengenali kedua sosok aneh yang ada dihadapan mereka. Sedangkan yang berada disebelahnya kakek yang selalu membawa bumbung tuak kemanapun dia pergi, dia tak lain adalah Sigila Tuak.

“Ho.....ho......rupanya kalian juga ada disini cebol, jangkung....”. ucap Sigila Tuak lagi yang rupanya sudah kenal cukup akrab dengan kedua orang kakek yang berperawakan sangat berlawanan tersebut, dimana yang disebut dengan cebol oleh Sigila Tuak, adalah sosok seorang kakek bertubuh cebol dengan kepala plontos sedangkan yang satunya lagi adalah sosok seorang kakek bertubuh jangkung, sungguh berlawanan dengan kakek yang bertubuh cebol yang ada disebelahnya, tapi kedua-duanya sama-sama berkepala plontos satu sama lain. Dipinggang masing-masing terlihat sebuah seruling tersampir, didunia persilatan kedua kakek berpostur berbeda ini dijuluki sebagai Sepasang Raja Aneh Seruling Dewa, mengenai kesaktian dan ketinggian ilmu kanuragan yang mereka miliki, tak pernah diragukan lagi oleh orang-orang rimba persilatan, nama sepasang Raja Aneh Seruling Dewa ini sudah termasuk ditataran sesepuh aliran putih, bukan saja karena kehebatan ilmu Seruling Dewa yang mereka miliki, tapi juga karena ketinggian ilmu kanuragan yang dimiliki keduanya, sudah bukan rahasia umum lagi kalau berurusan dengan kedua kakek ini, maka walau sampai ke ujung kolong langitpun kedua kakek ini akan terus mengejarnya hingga urusan dengan mereka dianggap tuntas, hingga tak heran, baik tokoh-tokoh aliran putih terutama tokoh-tokoh aliran hitam harus berpikir seribu kali kalau ingin berurusan dengan keduanya.

“Gluk.....glukk......sepertinya kita memang selalu ditakdirkan untuk selalu bertemu jangkung.......”. ucap Sigila Tuak lagi menyeringai.

“Weleh....weleh......enak disitu tak enak disini.......”. ucap Raja Jangkung lagi tersenyum kecut.

“He....he....he.....bilang saja kalau kau menginginkan tuakku ini, tak perlu malu-malu........gluk....gluk.......”

“Nih......serrr.....”. dengan tiba-tiba saja Sigila Tuak melemparkan bumbung ditangannya kearah si Raja Jangkung, walau terlihat biasa saja, tapi lesatan bumbung tuak itu melebihi kecepatan sebuah anak panah yang terlepas dari busurnya.

“Weleh - weleh....hebat sekali lemparanmu Sigila Tuak..... tappp...”. sebuah suara terdengar menyambut lemparan bumbung tuak tersebut, dan mengejutkan sekali, sebuah seruling kini terlihat menahan gerak laju bumbung tuak tersebut, dan anehnya, tidak ada suara benda beradu, bahkan kini terlihat bumbung tuak itu malah melengket diujung seruling tersebut, dengan sangat mengagumkan si Raja kerdil malah menuangkan bumbung tuak yang melengket diujung serulingnya, anehnya tanpa sedikitpun bumbung tuak itu terjatuh, bumbung itu seperti melengket diujung seruling tersebut.

“Bujul buneng......jangan kau minum sendirian kerdil, aku juga mau.......”. ucap si Raja Cebol lagi.

“Weleh....weleh...serrr........”. Raja Jangkung melemparkan kembali bumbung tuak yang ada diujung serulingnya, kembali bumbung tuak itu melesat dengan kecepatan tinggi kearah si Raja Cebol. Tapi dengan mudahnya si Raja Cebol menangkap bumbung tuak itu dengan tangan kanannya, dan ;”Gluk....gluk...glukk......”. terdengar suara tuak itu masuk kedalam mulut si Raja Cebol.

“Bujul buneng, sudah lama sekali aku tidak merasakan tuak seenak tuakmu ini Sigila Tuak......”. ucap si Raja kercil lagi seraya melemparkan kembali bumbung tuak itu kearah Sigila Tuak yang langsung menyambutnya.

“He....he.....he.....”. ketiganya tertawa bersamaan, sementara Datuk Langit hanya ikut tersenyum melihat semua itu, lalu keempatnya segera melanjutkan langkah mereka untuk kembali menaiki Lembah Obat. Tak lama kemudian langkah merekapun tiba didepan sebuah gubuk sederhana.

Tapi rupanya kedatangan keempatnya seperti tengah ditunggu oleh sesosok tubuh yang terlihat berdiri didepan pintu gubuk tersebut dengan tersenyum.

“Rupanya benar firasatku kalau hari ini tempatku akan kedatangan tamu-tamu agung dan terhormat......”. ucap kakek yang berada didepan pintu gubuk tersebut itu lagi tersenyum menyambut keempat tamu besarnya itu.

“He.....he.....he.....maaf kalau kami akan merepotkanmu Benua... gluk......gluk.........”. ucap Sigila Tuak lagi tertawa.

“Weleh.....weleh.....sebaiknya kau sudah mempersiapkan makanan yang enak untuk kami semua Benua.....”.

“Jangan khawatir, tentu aku sudah mempersiapkannya untuk kalian, ayo mari silahkan masuk.....”.

Lalu keempat dedengkot persilatan itupun segera memasuki gubuk tua tersebut, sebelumnya Datuk Langit tampak terlebih dahulu menjura hormat pada sosok Peramal 5 Benua yang juga membalasnya dengan tersenyum, memang diantara mereka berempat hanya Datuk Langit yang kurang begitu mengenal Peramal 5 Benua secara dekat.

Dan benar saja, didalam gubuk tua tersebut, Peramal 5 Benua telah mempersiapkan berbagai macam hidangan yang cukup mengundang selera, tanpa menunggu waktu lagi hidangan itupun sudah disantap oleh mereka, karena memang perjalanan menuju ke Lembah Obat cukup melelahkan. Akhirnya perjamuan itupun selesai.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lolo Sutisna
mantap cerita silatnya.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status