Share

Kencan Ganda

William kembali ke kamar hotelnya untuk menemui Ella. Sebelum ia pergi, ia sempat melihat bahwa benda yang seperti kepala berambut hitam yang terombang-ambing di tengah laut adalah sebuah wig entah punya siapa.

William telah sampai ke kamar hotel. Ia melihat Ella sedang duduk di sebuah kursi sambil menatap keluar jendela.

"Ella."

"Mandilah, Will, air laut tidak bagus berada lama-lama di tubuhmu." Ella tidak menoleh. Ia masih terus menatap hamparan ombak di lautan.

"Ella, aku..."

"Nanti kau bisa sakit jika tidak mengeringkan tubuhmu." Masih tidak menoleh.

"Aku ingin...."

"Aku sudah memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu. Mandilah, sebentar lagi dia akan datang." Kali ini Ella menoleh sambil tersenyum.

William pergi ke kamar mandi. Ia terus memikirkan reaksi yang diberikan Ella. Senyuman barusan itu bukanlah senyuman Ella yang sesungguhnya. Dalam senyuman itu tersimpan rasa kecewa dan luka yang amat dalam.

Selesai mandi dan berganti baju, dokter datang dan memeriksa William. "Tuan, anda terlalu banyak meminum air laut. Setelah ini tetaplah berada di kamar dan istirahat. Saya akan memberikan obat untuk Tuan," ujar dokter.

"Baik," sahut William. Setelah itu dokter pun pergi.

"Will, kau istirahatlah, aku akan keluar." Ella hendak pergi keluar namun, William menarik tangannya.

"Ella, maafkan aku. Aku tidak bermaksud....."

"Tidak, maafkan aku. Aku akan berusaha untuk tidak merepotkanmu lagi." Ella tersenyum lalu pergi keluar.

William menghembuskan nafas berat. "Kenapa aku merasa sikapmu yang sekarang malah membuatku merasa tidak nyaman. Harusnya aku senang jika kau tidak akan merepotkan ku, tapi sekarang? Aku tidak mengerti kenapa aku seperti ini."

Ella berjalan menuju bibir pantai. Ia berdiri sambil menikmati hembusan angin pantai untuk menghilangkan rasa sedihnya. Sesekali ia menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya. "Kenapa rasanya sangat sakit, ya. Apa ini yang namanya jatuh cinta? Aku merasa nyaman berada di dekatnya, namun aku merasa sedih saat ia memikirkan orang lain. Apa ini yang namanya cinta?"

"Mungkin saja." Suara Harry mengagetkannya.

Ella menoleh dan segera menghapus air matanya. "Harry!"

"Kau sudah bisa membedakan kami, ya?" tanya Harry.

"Kau tidak punya tahi lalat di pipi seperti William."

"Apa kau tahu bahwa aku menyukaimu?" tanya Harry.

"Aku tahu." Ella tersenyum simpul.

"Sejak kapan?" tanya Harry.

"Sejak aku melihat tatapan matamu kepadaku. Seperti tatapan William kepada Selena." Ella tersenyum kecut.

"Semua sudah berbeda sekarang. Jika kau mencintainya, pertahankanlah dia."

"Bagaimana aku bisa mempertahankan orang yang jelas-jelas mencintai orang lain? Aku hanya akan merasakan sakit saja." Ella menghembuskan nafas pelan.

"Hidup William itu sangat membosankan. Dengan hadirnya dirimu, hidupnya pasti menjadi lebih berwarna."

"Berwarna apanya? Aku hanya bisa merepotkannya." Ella menyibakkan rambutnya ke belakang telinga.

"Kau akan lihat nanti." Harry tersenyum lembut.

'Kenapa kau datang terlambat saat itu?' batin Ella sambil menatap Harry.

"Kenapa menatapku? Apa kau rindu pada wajah William?" tanya Harry.

"Tidak." Ella menggeleng.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik- baik saja. Terima kasih karena telah menghiburku."

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku harus menemui Selena. Aku baru ingat kalau tadi meninggalkannya di restoran karena kami tidak membawa dompet untuk membayar. Aku harus segera mengambil dompetku." Harry pergi sambil melambaikan tangannya ke arah Ella.

Ella tersenyum melihat tingkah Harry. "Pasti hidup kalian penuh warna."

Sementara itu..

William yang sejak tadi berada jauh dari mereka mengepal erat tangannya. Ternyata saat Ella pergi, ia bermaksud menyusulnya. Namun saat melihat Harry datang, ia hanya mengurungkan niatnya dan memantau dari jauh.

Dan Selena tengah merasa gelisah karena Harry tak kunjung datang untuk membayar makanan mereka. Sementara pelayan restoran masih berdiri di sampingnya. Menunggu bill cepat dibayar.

Harry dan Selena sudah kembali ke kamar hotel. Selena masih saja menggerutu karena masih kesal terhadap Harry.

"Selena, bagaimana kalau nanti malam kita double date dengan William dan Ella," ujar Harry.

"Apa? Double date? Tidak! Aku tidak ingin kau melupakan aku lagi. Aku sudah jera," tolak Selena.

"Ayolah. Ada William dan Ella yang akan mengingatkanku," bujuk Harry.

"Ya sudah."

*****

"Bagaimana Will? Apa kau menerima tawaranku?" tanya Harry dalam sambungan telepon.

"Baiklah. Tapi untuk apa kau lakukan ini?" tanya William.

"Tidak ada, aku hanya ingin saja."

"Ya sudah." William mematikan panggilan telepon tersebut.

"Kenapa Harry menawariku hal seperti itu?" gumam William.

Tak berselang lama, Ella masuk ke dalam kamar.

"Ella, Harry dan Selena mengundang kita untuk melakukan double date," ujar William.

"Oh, ya sudah," jawab Ella.

"Kau tahu apa itu double date?" tanya William.

"Kencan ganda, kan?"

"Kau tau darimana?" tanya William heran.

"Oh, i-itu a-aku sering mendengar dari anak-anak muda." Ella terlihat sangat gugup.

William merasa heran melihat Ella yang gugup begini.

*****

Malam harinya, sebelum pergi, William keluar sebentar lalu kembali. "Ayo pergi," ajak William.

Ella menggangguk. Mereka pun pergi ke sebuah restoran pinggir pantai yang sudah di reservasi. Di sana, Harry dan Selena telah menunggu mereka. Harry terus saja tersenyum namun senyuman itu terasa aneh untuk Ella.

Mereka duduk di sebuah meja besar dengan empat kursi. Kedua pasangan saling berhadapan. Harry terus saja menatap Ella yang terlihat sangat cantik dan menawan.

Selagi menunggu makanan datang, William mengajak Ella berdansa. Awalnya Ella ragu namun akhirnya ia setuju.

Sepanjang berdansa, Ella merasa tidak nyaman dengan tatapan William hingga meminta mereka berhenti.

Harry juga mengajak Selena berdansa. Ia terus saja menatap Selena yang juga terlihat cantik.

"Apa kau senang?" tanya Harry.

"Sedikit," jawab Selena dengan wajah acuh tak acuh.

"Kenapa kau terlihat murung?" tanya Harry.

"Aku ingin segera kembali ke kamar. Bermain dengan ponselku, berfoto dan pamer dengan teman-temanku di social media. Pasti sangat menyenangkan."

"Bagaimana kalau mengobrol atau menikmati malam yang indah dipantai ini?"

"Apa aku bercanda? Tidak! Aku tidak suka. Aku lebih suka menikmatinya dari dalam kamar tanpa ada suara berisik yang mengganggu."

Harry terdiam cukup lama.

"Aku sudah capek. Ayo duduk." Selena melepas tangan Harry dan pergi ke tempat duduk mereka. Bersamaan dengan itu, hidangan pun datang.

Mereka memakan hidangan yang telah tersaji sempurna. Ella terus menatap Harry yang terlihat gugup menerima tatapan darinya.

Selesai makan, mereka sedikit mengobrol tentang diri mereka masing-masing.

"Bagaimana orang membedakan tampang kembar kalian?" tanya Selena membuka pembicaraan.

"Hanya tahi lalat," jawab Harry singkat.

"Lalu apa kalian pernah bertukar posisi? Seperti sekarang ini?"

Sontak pertanyaan Selena membuat Harry dan William terkejut.

"Selena, apa maksud mu?" tanya Harry dengan wajah tegang.

"Maksud ku adalah, kalian tidak pintar dalam berbohong."

"Bagaimana kau tahu?" tanya William asli yang kini duduk di samping Selena. Ia sedang menyamar sebagai Harry.

"Tidakkah kalian terlalu menganggap kami bodoh? Meski kita baru beberapa bulan menikah tapi masing-masing dari kami tahu saat kalian mencoba menipu kami." Selena berdiri lalu mengajak Ella pergi dari sana.

Sepanjang jalan Selena terus menggerutu. "Dasar orang-orang bodoh. Sudah tahu beda karakter malah main bertukar saja."

"Lalu apa yang akan kita lalukan?" tanya Ella.

"Kau yang memberitahuku tadi soal mereka yang sedang bertukar. Setajam apa ingatanmu?" tanya Selena penuh selidik.

"A-aku hanya melihat dari sikap canggung keduanya." Ella terlihat gugup.

"Masuk akal. Ayo ke restoran hotel saja. Aku masih lapar. Biar mereka menghabiskan semua makanan itu."

Mereka melanjutkan langkah menuju restoran yang terdapat di dalam hotel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status