Karena perut yang lapar membuat Nela tak bisa tidur malam ini. Dia bagaikan orang asing di rumahnya sendiri, Nela berjalan perlahan menuju ke dapur. Kulkas nampak kosong, sehari saja tak makan membuat Nela kepayahan. Bagaimana jika hal ini berlansung terus, bisa-bisa dia mati kelaparan. Terpaksa Nela hanya bisa bertahan dengan air minum. Benarkah ayahnya punya hutang yang banyak ? Seberapa besar hutang ayahnya sampai semua aset harus di sita ? Kata ibunya perlu menghemat, terus setiap hari ibunya pergi ke penggilingan padi mana hasilnya ?Nela tidak tahu jika Ningsih menjual semua aset ayahnya dan membeli sebuah rumah di kota. Gaya ibunya sekarang bagaikan seorang konglomerat.Karena tak menemukan apapun di dapur, akhirnya Nela kembali ke dalam kamar untuk melanjutkan tidurnya. Dia berharap besok pagi ada malaikat yang datang menolongnya.Pagi ini ponselnya berdering, mata Nela terlalu berat untuk sekedar melihat siapa yang telah membangunkannya di pagi buta. Nela tersentak kaget buk
Yang disukai Nathan tinggal di dunia lain ini karena dia bisa melihat terus permaisuri yang sangat mirip dengan ibunya. Pertama kali dia datang ke dunia ini dalam pelarian dari ibu tirinya, dia tinggal setahun lamanya. Setelah itu dia datang dan pergi sesuka hatinya, sampai akhirnya dia di tugaskan bersama Putera Mahkota menyelidiki kematian puteri Kalina.Nathan pertama kali mengenal Dewi dalam pelariannya, berusia yang sama, Dewi memiliki wajah yang cantik jelita. Dari Dewi dia mengenal Raja yang ternyata adalah kakeknya. Dewi pula yang mengajarinya berbagai hal selain Putera Mahkota dan Lady Sina. Sejak itu keduanya selalu berhubungan dan beberapa kali bertemu dan pergi menemui Raja bersama-sama. Tapi sayangnya, Nathan tak sekalipun tertarik atau jatuh cinta padanya."Paduka mau menjodohkanmu dengan Dewi" ucap Putera Mahkota saat keduanya sedang berlatih bela diri."Maaf, aku sudah menolaknya, dan baginda sudah berjanji untuk tidak memaksaku, jika aku menikah nanti maka yang kupili
Nathan terbangun dengan suara gedoran di pintu. Dilihatnya jam, pukul 08.00. Dia bangun kesiangan. Dengan sempoyongan ia beranjak ke pintu. Dewi, berdiri di sana dengan tersenyum manis."Kau kesiangan, tampaknya semalam tidurmu tak nyenyak.""Kau benar, semalam aku terus memimirkan adikku, aku mencoba bermeditasi menerobos ke dunia manusia tapi semuanya gelap.""Hehehe, makanya itu aku di suruh Lady Sina untuk menjemputmu. Masih banyak hal yang perlu kau pelajari, selama ini yang kau ketahui hanya dasarnya saja. Kurasa, kalau seminggu kau tekun mempelajarinya maka ilmumu akan semakin kuat. Ayo buruan, di tunggu Lady Sina.""Aku akan menyusulmu nanti, aku hanya perlu mandi sebentar saja.""Aku akan menunggumu, Lady Sina memintaku membawamu bersamaku.""Jika begitu tunggulah, aku tak akan lama." Setelah berkata seperti itu Nathan menghilang dalam sekejap. Dewi hanya tersenyum. Cucu Raja yang satu ini terlalu bersemangat, dia mulai jatuh cinta.Setelah mandi, Nathan mengenakan celana je
Ningsih pergi ke halaman untuk melihat Fuel meter bensin motor, ibu tiri jahat ini merasa heran akan keberuntungan yang selalu di alami Nela. Dia sudah memperkirakan bensin akan habis saat Nela tiba di pasar. Ningsih sangat marah, lagi-lagi upayanya gagal. Dia ingin menghukum Nela agar tidak mendapat jatah makan malam, tapi takutnya Badar datang lagi. Karena setiap hari Badar datang, jika pagi tak datang pasti diganti malam."Apakah aku harus meracuninya sama seperti ayahnya ? Tapi kalau dia cepat mati rasanya terlalu ringan baginya, aku masih ingin menyiksanya." Batin Ningsih.Dia lalu bergegas ke dapur, dia hendak melihat satu kesalahan Nela agar itu bisa di jadikannya jalan untuk memberikan hukuman. Lalu dia punya ide. Dia masuk ke dalam kamar mengambil pisau cuter dan keluar, tak lama dia masuk dan berteriak."Nela...!"Suara teriakan ibunya sangat jelas terdengar, Nela mematikan kompornya, dia menaruh ikan pada piring dan menutupnya di meja, takutnya di makan kucing. Dia segera b
Dokter menyarankan Nela untuk istirahat dan menyerahkan resep obat yang harus di minumnya secara teratur."Jika dalam tiga hari demamnya tidak turun, langsung opname ke rumah sakit saja."Badar mengangguk, setelah menerima resep dari dokter dan menebusnya di apotik, mereka segera kembali ke rumah. Untuk cuaca yang sangat dingin seperti ini, Nela harus makan bubur untuk menghangatkan perutnya.Di rumah Ningsih sangat marah, dia lalu memasak bubur dengan menambahkan garam yang banyak. Saat makanan itu masak, dia mencicipinya sedikit lalu mulutnya tersungging senyuman licik."Rasakan olehmu Nela. Makan ini masakanku, hahahaha."Suara deru dan klakson mobil di halaman membuat Ningsih buru-buru menyambut mereka."Apa kata dokter ?""Dia harus istirahat, saat ini jangan biarkan dia bekerja dulu. Besok aku akan memintakan izin pada wali kelasnya.""Anak ini terlalu keras kepala, lihat nih hasilnya." Ningsih pura-pura memapah Nela ke dalam kamar, diiringi tatapan tajam Badar. "Makanya kau ha
Hujan mulai reda, namun Badar enggan meninggalkan rumah itu. Dia sudah mengirimkan pesan pada isterinya jika dia akan pulang pada malam hari. Selang setengah jam kemudian, Budi datang membawa pesanan. Dari kantong plastiknya, Badar yakin jika soto ayamnya masih panas. Dia segera bergegas ke dapur dan menyalin makanan itu ke dalam mangkuk. Tak lama kemudian dia masuk ke dalam kamar dan membangunkan Nela yang sudah tertidur. Ningsih terlihat masih tetap duduk di kursi, seakan menunjuklan jika dia sangat perduli pada anak tirinya."Apa itu ?" tanya Ningsih saat melihat Badar membawa mangkuk dan membangunkan Nela.Badar tak menjawabnya. Dia meletakkan soto ayam di meja belajar dan membangunkan Nela dengan pelan."Nela, ayo bangun sayang, perutmu sedang kosong dan kau harus minum obat," Badar mengguncang perlahan tubuh kurus Nela.Nela menggeliat dan bangun perlahan. Dilihatnya pamannya mengambil mangkok dari atas mejanya, gadis cantik ini masih trauma, sehingga dia menggeleng dengan kera
Seorang wanita cantik datang memberi salam, Ningsih keluar dan memandangi tamu itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita berparas ayu dan anggun berdiri di depan pintu."Maaf ada apa ?" tanya Ningsih dengan ketus."Saya Karmila isterinya Badar."Ningsih sudah menduganya, dia lalu bersikap seolah-olah tidak menginginkan kehadiran wanita itu di rumahnya."Kupikir kalian punya rumah, mengapa mencari suamimu di sini ?"Karmila yang sudah mendengar cerita soal ibu tiri Nela ini hanya tersenyum simpul mendengar ucapan tuan rumah yang tidak tau diri ini."Anda benar nyonya, aku datang bukan untuk mencari Badar, aku datang untuk melihat Nela, bolehkah aku masuk ?" Karmila masih dengan sabar meladeni Ningsih."Nela sedang tidur." Jawabnya sambil menutup pintu.Dari perlakuannya, Karmila sudah bisa menduga karakter buruk Ningsih. Dia sudah bisa membayangkan apa yang di alami Nela hidup bersama ibu tiri yang jahat ini. Karmila dudul di teras walau tidak ada yang mempersilahkan, dia menungg
Baru sekarang Nela benar-benar merasakan perhatian dari seorang ibu. Karmila merawatnya dengan sangat baik. Setelah tiga hari berlalu Nela sembuh dari sakitnya. Selama itu pula Ningsih tak pernah lagi masuk ke kamar Nela."Bu, mengapa ibu sangat baik padaku ?" tanya Nela pada Karmila saat wanita paruh baya itu menyisir dan mengikat rambut Nela."Ibu tak punya anak perempuan, anak kami tiga orang semuanya laki-laki. Jadi ibu menganggapmu sebagai anak ibu juga.""Terima kasih bu, maaf sudah merepotkan.""Tidak apa-apa nak, kesembuhan adalah hal yang utama. Apakah kau sudah merasa baikan sekarang ?""Alhamdulilah sudah bu, besok aku ingin ke sekolah, aku sudah ketinggalan pelajaran.""Jangan khawatir, temanmu Linda sempat menjengukmu tapi kau tidur, dia membantu menyalinkan catatan untukmu. Ibu sudah menaruhnya di meja belajar."Waktu yang di tunggu Ningsih tiba, saat suami isteri berpamitan pulang ke rumahnya, Ningsih merasa sangat gembira."Terima kasih bu sudah membantu merawat anak k