My Tsundere Tara

My Tsundere Tara

Oleh:  Sia  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
20Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Krisna pikir, dituduh sebagai pelaor, dipermalukan di depan orang banyak, dipecat dari pekerjaan tempat dia menggantungkan hidup, dan dicampakkan kekasih yang telah dia pacari selama 2 tahun adalah hal paling buruk yang bisa Krisna terima. Sampai akhirnya dia harus berurusan dengan seorang pria angkuh bernama Tara, untuk melunasi piutang yang orang tuanya tinggalkan, dan harus menjadi budak pria menyebalkan itu.

Lihat lebih banyak
My Tsundere Tara Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
spicezeyyy
Next Chapter pls
2021-06-25 23:19:28
1
20 Bab
Aku pelakor?
"Kamu ada hubungan apa sama suami saya?" Suaranya pelan, tapi mampu menusuk gendang telinga Krisna hingga menyentuh jantungnya. Bulu kuduk gadis itu meremang. Tatapan tajam yang di lemparkan oleh wanita di hadapannya begitu mengintimidasi. Belum lagi riasan tebal dan bibir semerah cabai itu mampu menambah kesan kuat di wajah wanita yang usianya terlihat memasuki kepala empat tersebut. "Maaf ... maksud Ibu apa, ya?" tanya Krisna masih tak mengerti akan situasi macam apa yang sedang menjebaknya sekarang. "Kamu selingkuh sama suami saya?"  Pertanyaan yang dilontarkan wanita di hadapan Krisna, berhasil membuat mata sipitnya membola seketika. Krisna mencoba memikirkan segala kemongkinan, dan sialnya, segala hal berhenti pada kenyataan bahwa nyonya yang berdiri di hadapannya saat ini merupakan istri dari Tuan Gionino Bendrict-- Pemilik Winde Grup sekaligus direktur di perusahaan tempat dia berkerja. M
Baca selengkapnya
Tara, dan seni bertahahan hidup
 Gadis dengan rambut ikal mayang itu mengerjap pelan. Krisna membuka matanya, dan menyadari jika dia tengah terbaring di atas kasur sebuah kamar hotel yang remang. Lampunya tidak menyala, tapi jendela yang gordennya terbuka lebar, menampakkan pemandangan malam khas Ibu Kota itu berhasil memberinya sedikit penerangan. Krisna terkejut saat menyadari bahwa tubuhnya kini hanya terbalut sebuah kemeja over size putih yang mampu menutupi separuh pahanya saja. Krisna memegangi kepalanya, berusaha mengingat apa yang terjadi. Potongan-potongan ingatan berputar di otaknya seperti lubang hitam, membuat  Krisna pening. Dia sungguh berharap kalau yang terjadi hari ini hanya sebuah mimpi buruk. Saat banyak pikiran sibuk menjejali otak Krisna, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi di buka. Sontak mata gadis itu tertuju ke arah sosok yang baru saja keluar dari dalam sana, yang tubuhnya hanya di tutupi oleh selembar handuk, sedang mata
Baca selengkapnya
Kutukan di hidup Krisna
 Pagi-pagi sekali Krisna bangun dan bersiap untuk berangkat ke kantornya. Semalam ia ketiduran tanpa sempat mengisi daya ponselnya sama sekali. Krisna berangkat menggunakan Bus. Padahal sebelum Bayu ditugaskan ke Bandung, mereka selalu berangkat dan pulang bersama setiap hari. Tepat seperti dugaannya, hari ini lingkungan kantor terasa begitu memyeramkan. Semua orang-orang bebisik dan menatapi Krisna dengan tatapan aneh. Tentu saja, berita pasti menyebar dengan cepat. Krisna berusaha tetap tenang dan melangkahkan kakinya berani. Karena bagi Krisna, dia memang tidak bersalah. Dia benar-benar bukan pelakor, jadi tidak ada alasan untuk menundukkan kepala. Gadis itu baru saja duduk di mejanya kala seorang wanita menghampiri gadis itu. Dia Binta--sekertaris pak Gio, sekaligus satu-satunya orang yang berhasil jadi teman Krisna selama dia berada di kantor ini. "Krisna... kamu sudah ditunggu Pak Gio di ruangannya," u
Baca selengkapnya
Mengakhiri penderitaan
Sepanjang hari Krisna begitu sibuk sampai dia lupa kalau Bayu seharusnya sudah pulang sekarang. Krisna berkali kali mengirimkan pesan kepada Bayu, tapi tidak satupun dibalas. Dia juga berusaha menghubungi Gea--Kakak Bayu namun hasilnya sama. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Krisna berjalan menuju rumah Bayu yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Krisna tak sabar ingin melepaskan semua rindu pada pria kesayangannya itu sambil memeluk Bayu erat. Dia ingin menangis di pelukan Bayu, dan mendengar Bayu meyakinkannya kalau semua hal akan baik-baik saja. Saat tiba di sana, Krisna memencet bel beberapa kali, tapi tidak seorang pun keluar membukakan pintu. Krisna mencoba menelpon Bayu namun lagi-lagi Bayu tidak menjawab panggilannya. Apa mungkin Bayu tidur? Krisna mengirimkan sebuah pesan pada pria itu. [Bay, di rumah nggak ada orang? Aku di bawah] Beberapa menit k
Baca selengkapnya
Sebuah Kesepakatan
Sebuah tangan menarik tubuh Krisna, sesaat sebelum sebuah mobil besar menghantamnya, hingga membuat mereka terjatuh di sisi jalan. "Kalau mau mati jangan di sini! nyusahin orang lain saja." Krisna mendapati wajah yang kini tidak asing lagi untuknya. Tiba-tiba saja, tangis gadis itu pecah. Timbul perasaan bersalah dibenak Bam. Apa kalimat yang dia ucapkan barusan menyakiti gadis itu? tapi Bam sungguh tak tahu bagaimana cara menghibur seseorang dengan kata-kata. Dapat Bam lihat wajah gadis di hadapannya tertutupi rambutnya yang basah berantakan. Matanya yang sesekali memejam itu mulai tampak sembab. Bibir mungilnya yang terisak, memucat. Bam kemudian mengambil tubuh Krisna dan mendekapnya kuat-kuat. Membiarkan gadis itu tenggelam dengan setiap sakitnya di dada Bam, dengan tangis yang bersaut-sautan dengan suara hujan yang semakin mendera. Mereka berdua sudah duduk di dalam mobil Bam. Mulut Krisna masih
Baca selengkapnya
Kontrak Perbudakkan
"Kesepakatan seperti apa?" "Saya akan membiarkan kamu tinggal di sini, dengan syarat, kau harus menuruti semua hal yang saya perintahkan." Sebentar ... jangan bilang, Bam akan menjual Krisna pada Om-Om hidung belang? Krisna dengan cepat menutupi tubuhnya dengan tangan, sambil menatap Bam tajam. "Dan, saya juga akan melunasi hutang 2 miliyarmu pada rentenir itu," katanya lagi. Kali ini kalimat yang Bam ucapkan sontak membuat Krisna bingung. "Bagaimana kamu tahu tentang hutangnya?" tanya Krisna kaget. "Sudah saya bilang, Na. Saya tahu semua hal tentang kamu." Krisna cepat mengangkat garpu bekas makannya tadi di atas piringnya, lantas mengarahkan benda itu kepada Bam. "Tidak mungkin! kamu pasti penguntit!" Bam berdecak kecil. Tangannya yang besar, di arahkan pada garpu yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya, ke
Baca selengkapnya
Dunia Tara
  Gadis itu sedang duduk di cafetaria sambil memandangi selembar kertas yang ada di hadapannya.  Krisna tak tahu, bertemu dengan Bam adalah sebuah kesialan atau keberuntungan hang harus dia syukuri adanya. Karena setelah pernah kehilangan banyak hal waktu itu, Bayu menjadi hal terakhir yang membuat Krisna bertahan hidup. Mimpi dan segala rencana prihal membangun keluarga kecil yang bahagia dengan pria itu, memberikan Krisna langkah dan tujuan baru.   Namun sekarang apa? Krisna bahkan tak tahu kenapa dia harus mempertahankan hidupnya. Dasar Bam saja yang seenaknya menyelamatkan Krisna, lalu memperbudaknya sebagai imbalan? tcih! tidak adil.   Saat gadis itu tengah asik bergelut dengan banyak pikiran di otaknya, tiba-tiba seorang pria menyeret kursi yang ada di sebelah Krisna, lantas duduk di sana. Membuat Krisna menoleh.   "Eh, Pak?"   "Duh, jangan panggil gitu dong," katanya sambil t
Baca selengkapnya
Halaman yang hilang
"Krisna!" "Na! bangun! sudah jam berapa ini!" Suara itu berbaur dengan ketukkan di pintu, samar-samar menyapa telinga Krisna yang masih berdiri di ambang kesadarannya. Krisna membuka matanya dengan paksa, dan menatap malas ke arah jam yang tergeletak di atas meja. Jam 05:35. Sial! Krisna kesiangan! Semalam gadis itu membaca ulang selembaran yang Bam berikan berkali-kali, agar tak ada lagi satu hal pun yang terlewat. Alhasil, dia tidur larut sekali dan lupa menyalakan jam alaram padahal jelas-jelas dijadwal tertulis jika Bam akan keluar untuk lari pada pukul 05:30 tepat. Sekarang Krisna bahkan baru membuka matanya. Krisna bergegas lari ke kamar mandi. Membasuh mukanya, mengikat rambut tinggi-tinggi, dan mengganti pakaiannya dengan setelan berwarna toska senada yang Bam belikan kemarin. Bam sudah berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di dinding sebelah pintu kamar Krisna dengan tang
Baca selengkapnya
Manusia menyebalkan
Hari ini weekand, tapi Bam masih saja berjibaku dengan laptop yang ada di hadapannya. Terlihat sangat fokus. Di sini lain, Krisna tengah dengan lahap menikmati sepotong cake yang Bam bawakan semalam, sambil sesekali memfotonya, sebab paduan warna dan hiasan cake tersebut terlihat sangat lucu. Krisna berniat mengunggahnya di sosial media dengan caption penuh kebahagiaan, agar Bayu melihatnya dan tahu jika kehilangan orang yang sama sekali tidak mempercayainya, tak membuat Krisna sedih. Krisna ingin Bayu melihat jika dengan atau tanpanya, dia tetap bisa melanjutkan hidup-- tentu saja meski kenyataannya sangat berlawanan. Dia bahkan tak tahu apakah Bayu masih ingin peduli tentangnya atau tidak. Krisna meraup banyak oksigen hingga memenuhi rongga dadanya. Sesak. Tapi dia segera tersenyum saat melihat lagi foto sepotong cake yang terpampang di layar ponselnya. "Terimakasih Taraaa!"
Baca selengkapnya
Perasaan Lain
Bam yang sedang fokus dengan pekerjaannya, teralih pada sosok yang baru saja muncul di balik pintu. “Halo Bam!” sapa Kevin dengan heboh. Tentu saja bukan Kevin namanya kalau tidak seperti itu. “Hei, Vin. Ada apa kemari?” Kevin mengacak pinggang sambil memutar bola matanya. “C’mon Bam! Kamu tahu kenapa aku di sini.” Kevin kemudian menghempaskan bokongnya pada sebuah sofa panjang yang ada di sana, lalu berbaring dengan tangan yang dia lipat di belakang kepala. “Penting sekali untuk tahu?” Kevin berdecak kemudian berkata dengan nada kesal, “Astaga Bam. Gini-gini aku bos-mu, ya... bisa nggak sopan sedikit?” Bam kemudian menghentikan kegiatannya, dan melirik Kevin sebentar. “Maaf tidak dulu,” ucapnya. Sebenarnya, Bam sudah tahu alasan Kevin kemari malam ini. Pemuda berperawakan berisi itu memang rutin mendatangi rumahnya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status