Cerita Pendek Tentang Bullying

Cerita ini berseries. -Cerita I : Merah Hitam Cinta (on going) -Cerita II : Asa Diujung Sajadah (sedang on going) -Cerita III: Bukan Perempuan Biasa (Segera dirilis) *masing-masing buku akan dirilis setelah cerita on going tamat. Berniat memberi surprise tentang kehamilannya pada suaminya, Kanaya Prameswari malah mendapat kejutan yang tak kalah mencengangkan. Dina Hadinata--sahabat baiknya, tengah bercumbu mesra dengan Ghifari Albani, suaminya, di kantor. Kanaya yang memang sangat intoleran terhadap penghiantan, meninggalkan Ghifari dengan janin berusia dua minggu di rahimnya. Bagaimana kehidupan baru Kanaya di perkebunan kopi milik keluarga Safa, sahabatnya selama pelariannya? Bagaimana pula sikap Haikal Baihaqi, kakak Safa yang tidak pernah ramah terhadapnya? Ikuti kisah Kanaya tentang pergulatan batin seorang perempuan yang trauma untuk mencintai dan dicintai lagi. Karena bagi Kanaya cinta saja tidak cukup.

In my past life, my mother kept matchmaking me with a man with violence issues. After being subject to domestic violence, I tearfully called my mother and asked for help. However, she didn't do anything. Ultimately, I died from his violence while pregnant with his child. After I was reborn, my mother ended up being the one to marry him. This delighted me. She had no idea that he had AIDS!

Setelah lima tahun menikah, demi melindungi anaknya dengan wanita simpanannya, Nathan tidak hanya memaksaku untuk menggugurkan bayi dalam kandunganku, tetapi juga bersekongkol dengan dewan direksi untuk mencopotku dari posisi wakil direktur. Dengan menggandeng Lucia, dia menatapku dengan senyum sinis dan berkata, "Fira, karena kamu nggak cukup patuh, mulai sekarang Lucia akan menggantikan posisimu." Aku menepis tangannya dan menarik Lucia ke hadapanku. Mengabaikan perlawanan darinya, aku mencengkeram rambut Fira dengan kuat dan memaksanya untuk mendongak. "Ayo, kasih tahu dia, sebenarnya kamu di pihak siapa?"

Demi merayakan ulang tahun pacarku, aku meminum obat perangsang. Namun, dia malah tidak pulang tepat waktu. Efek obat itu bekerja lebih awal. Aku tidak tahan lagi, sehingga aku pun melepas semua pakaianku dan melompat ke kolam ikan untuk meredakan diri. Ikan-ikan di dalam kolam langsung mengerubungiku. Di saat aku hampir saja hilang kendali, tiba-tiba muncul seorang pria asing. "Banyak gaya juga, ya. Kamu benar-benar tahu cara bersenang-senang. Lagi butuh pria, ya?"

A queridinha do meu irmão me acusou falsamente de bullying. Ele, que sempre foi minha única família, acreditou nela, e furioso, me mandou para uma escola de “virtudes femininas” para me reeducar. Lá, aprendi a ser a irmã perfeita: quieta, obediente, invisível. Foi só quando ele leu meu laudo médico… que enlouqueceu. — Bea, só mais uma vez. Me chama de irmão.

Sekelompok tamu tak diundang tiba-tiba muncul di pemakaman kerabat. Wanita yang memimpin kelompok itu mengaku sebagai pacar suamiku, ingin menghukumku yang dianggapnya sebagai simpanan. Demi menghormati pemakaman keluarga, aku tidak ingin memperpanjang masalah. Aku hanya menasihatinya untuk menunggu sampai pemakaman selesai. Siapa sangka, dia tiba-tiba bertindak kasar dengan memerintahkan orang-orang untuk merobek semua pakaianku. Kerabat di sekitarku hanya berdiri, menonton tanpa melakukan apa-apa, menyaksikan semuanya dengan tatapan dingin. Aku bertepuk tangan, berdiri, lalu mengarahkan dia untuk berdiri di dekat guci abu. "Guci abu ibuku ini juga dibeli oleh pacarmu, harganya hampir 20 miliar!" Simpanan itu benar-benar marah, lalu berteriak sambil menghancurkan guci abu itu hingga pecah berkeping-keping. "Kalian memang keluarga yang nggak tahu malu. Jangan harap dapat satu sen pun dari pacarku bahkan setelah mati!" Dia tidak tahu bahwa yang aku maksud dengan "Ibu" adalah ibu dari suamiku, yaitu ibu mertuaku. Yang dia rusak adalah guci abu dari ibu mertuaku, sementara ini adalah pemakaman ibu mertuaku.

Tak lama setelah melahirkan, aku dipekerjakan oleh Grup Jarvis sebagai sekretaris CEO. Namun, pada hari pertama bekerja, Jonathan Jarvis, CEO Group Jarvis, menatapku dengan penuh nafsu. "Bu Linda, bagaimana bisa minum kopi tanpa susu?"

Setelah mengalami kecelakaan, aku sengaja berpura-pura amnesia untuk menggoda suami dan putraku. "Kalian siapa?" Mata putraku berbinar gembira saat menarik seorang wanita yang berdiri di luar kamar rumah sakit untuk masuk ke dalam. Dia berkata, "Tante, aku dan orang tuaku ke sini untuk menjengukmu." Suamiku berdiri diam di sampingnya, diam-diam menyetujui perkataan putraku.

The stench of silver dust filled the air, and every breath seared my lungs. My broken body lay twisted among the jagged rocks of the abandoned silver mine, where even the strongest werewolf would feel their strength waning. Beside me, my mate’s first love, Sophia, whimpered softly. A shallow scrape marked her knee. The tunnel was collapsing. Only two people could pass through the exit at a time. Lucas did not hesitate to scoop Sophia in his arms and abandon me. His golden eyes, once filled with unwavering loyalty toward me, now burned with something colder—indifference. I reached out, my fingers trembling as they grasped the hem of his clothing. My voice was hoarse with despair. "Lucas… please… don't leave me here." “I am your mate. I’m carrying your pups.” He glanced at me with a clenched jaw and broke free, shoving me back onto the silver-laced ground. Agony burned through my veins, consuming my soul like fire. “Are you serious, Ava?! After pushing Sophia into this damn abyss and getting her injured, you still dare to compare with her.” “You know what?! You deserve to be left here and reflect on your mistakes!” With that, he vanished into the light, and the tunnel collapsed behind him. His words cut deeper than silver ever could, and the last thing I heard before darkness swallowed me was the sound of their retreating footsteps.

Yasmin, my so-called best friend, got scammed out of fifty grand by some loser using an AI deepfake of me. She was on her knees in public, sobbing about how that money was all she had. Begging me — in front of everyone — to pay her back. Said I made "easy money" as an influencer. The whole internet tried to guilt-trip me into paying her back. Even Zack, my own brother, joined in. Called her pitiful and said I owed it to her. I smirked. You think you can use me to get rich? Not. A. Chance.