Short
Akibat Percaya Pekerja Magang

Akibat Percaya Pekerja Magang

By:  Salwa AmaniCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pekerja magang baru itu selalu memikirkan perusahaan. Demi menghemat biaya, dia secara diam-diam menukar lapis legit seharga 20 juta yang akan kukirimkan pada klien dengan lapis legit abal-abal seharga 19.800 dengan gratis ongkir yang dibelinya di Shopee. Demi menghemat listrik, pekerja magang itu mematikan sakelar listrik saat kami sedang bekerja lembur untuk mengejar target. Dia juga mengusulkan pada bos agar kami tidak libur pada hari kemerdekaan. Pekerja magang itu berkata dengan nada tegas, "Perusahaan nggak membayar orang-orang pemalas. Kurasa hari kemerdekaan adalah saat yang terbaik untuk meningkatkan kinerja. Aku mengusulkan agar semua orang kerja lembur secara cuma-cuma, sebagai bentuk pengabdian tanpa pamrih pada perusahaan." Para karyawan yang jabatannya rendah langsung menggerutu. Aku angkat bicara mewakili semua orang untuk menolak usulannya. Akan tetapi, dia secara terang-terangan menuduhku memperkaya diri sendiri dan menyarankan pada bos agar memecatku. Anehnya, bos justru menyetujuinya. Oke, aku ingin lihat bagaimana perusahaan ini berjalan tanpa diriku.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Bu Amel, kalau perusahaanmu nggak mampu ngasih hadiah, sebaiknya nggak usah ngasih! Bikin aku malu! Kerja sama kita ke depannya dibatalkan saja!"

Aku agak terkejut mendengar suara marah-marah di ujung telepon.

Lantaran tidak yakin dengan apa yang terjadi, aku pun tetap menjaga agar suaraku tetap terdengar ramah dan menyunggingkan senyuman di wajahku.

"Jangan, Pak Bagas. Apa ada yang salah dengan hadiahnya? Aku benar-benar minta maaf. Pasti karyawan bagian bawah melakukan kesalahan. Anda yang berstatus tinggi, pasti akan memaafkan kami yang berstatus rendah ini. Aku akan menyiapkan hadiah baru yang sama untuk Anda dalam jumlah dua kali lipat. Bagaimanapun, kita sudah bekerja sama selama bertahun-tahun ...."

Orang yang ada di ujung telepon masih marah dan langsung menaikkan volume suaranya untuk memotong kata-kataku.

"Bu Amel, jelas-jelas kamu bilang padaku kalau itu lapis legit dari The Harvest yang asli. Aku memberikannya pada investor, tapi mereka langsung menunjukkan kalau itu abal-abal. Investasi langsung batal. Izinkan aku bertanya padamu, menurutmu di mana aku harus meletakkan mukaku sekarang? Siapa yang akan mengganti kerugianku?"

Aku tidak punya pilihan selain meminta maaf sebesar-besarnya dan berjanji memberikan dua poin keuntungan ke depannya. Dengan begini, barulah aku bisa mempertahankan klien tersebut.

"Bu Amel, klien mengembalikan hadiahnya. Katanya, mereka nggak mau lagi bekerja sama dengan perusahaan kita ke depannya …."

Mona memegang kotak hadiah itu dan hampir menangis.

Aku hampir marah setengah mati ketika membuka kotak itu dan melihat isinya.

Dengan marah, aku pergi ke ruang administrasi dan langsung melemparkan kotak hadiah tersebut dengan keras ke meja sekretaris yang bernama Nadya Winata itu. Kemudian, dengan suara keras, aku bertanya kepada Nadya mengenai apa yang terjadi dengan hadiah tersebut.

Tanpa diduga, Nadya malah terlebih dahulu menyalahkanku. Nadya berteriak keras kepadaku sambil berkacak pinggang.

"Bu Amel, aku nggak bermaksud menuduhmu, tapi kamu menganggap uang perusahaan nggak ada artinya, 'kan? Lapis legit hancur-hancuran saja harganya lebih dari 20 juta, memangnya kue itu terbuat dari emas? Bagaimana mungkin kamu mau memberikan kue yang sama kepada banyak klien? Kue itu kubeli di internet. harganya 19.800 dan sudah gratis ongkir. Kulihat bahannya sama persis seperti yang kamu bilang. Klien juga pasti nggak akan tahu bedanya. Aku sudah membantu perusahaan menghemat ratusan juta. Ratusan juta! Aku benar-benar nggak paham bagaimana kalian membuang-buang dana perusahaan sebelumnya!"

Nadya mengangkat kepalanya dengan bangga. Wajahnya tampak sangat ingin dipuji.

Ketika seseorang merasa tidak mampu berkata-kata, mereka memang benar-benar merasa tidak bisa berkata-kata.

"Mereka semua itu klien penting perusahaan kita. Mereka bisa langsung tahu apakah itu asli atau palsu. Hal paling penting dalam berbisnis itu integritas. Kalau kamu ngasih mereka barang palsu, mana mungkin mereka mau kerja sama dengan kita dan ngasih proyek untuk perusahaan kita ke depannya?"

Aku sangat marah pada Nadya hingga tidak bisa lagi menahan diri dan membentaknya.

Nadya tertegun mendengar kata-kataku. Kemudian, dia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan polosnya. Butuh waktu yang lama bagi dirinya sebelum akhirnya berkata ….

"Kalau begitu, aku juga melakukannya demi perusahaan. Bukankah itu semua cuma lapis legit? Menurutku semuanya terlihat sama saja …."

Setelah berkata seperti itu, Nadya mulai mengerucutkan bibirnya dan menangis. Nadya terlihat sedih, seakan-akan aku sudah benar-benar menggertaknya dan memperlakukannya secara tidak adil.

"Sudahlah Amel, nggak usah dibahas lagi. Nadya juga nggak sengaja melakukannya. Niatnya baik, caranya saja yang salah."

Entah sejak kapan Pak Faris sudah berdiri di belakangku. Dia menepuk bahuku dengan lembut, tetapi tatapan matanya tertuju pada Nadya. Tanpa diduga, aku melihat sedikit rasa kasihan di mata Faris.

"Pak Faris, percayalah padaku. Aku benar-benar nggak bermaksud seperti itu. Aku cuma mau menghemat biaya untuk perusahaan …."

Mata Nadya yang sebelumnya berkaca-kaca mengerjap dengan lembut dan setetes air mata jatuh dengan sempurna di depan CEO itu.

Nada bicara Faris tanpa sadar menjadi lembut. "Oke, Nadya. Aku tahu, kamu melakukannya demi kebaikan perusahaan."

Nadya yang sebelumnya menangis itu langsung tersenyum dan mengganti topik pembicaraan.

"Tapi, menurutku nggak perlu ngasih hadiah semahal itu. Semua orang mendatangi kita karena kekuatan dan reputasi perusahaan kita. Bu Amel bisa menegosiasikan proyek-proyek itu juga karena dapat dukungan dari perusahaan. Justru karena perusahaan kita ngasih platform yang bagus, makanya klien memilih kita. Jadi, semua itu nggak ada hubungannya dengan apakah kita ngasih hadiah atau nggak ...."

Faris mendengarkan kata-kata Nadya dengan serius. Jelas jika Faris merasa bahwa apa yang dikatakan Nadya itu masuk akal.

Perusahaan punya kekuatan dan reputasi?

Kenapa aku tidak mengetahuinya?

Yang kutahu hanyalah akulah yang mengunjungi semua klien itu satu per satu dan semua proyek itu kunegosiasikan melalui koneksi yang kumiliki.

Faris mengerucutkan bibirnya dan menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Matanya tampak menyelidik dalam-dalam.

Hatiku terasa dingin melihat sikap pria di depanku itu.

Aku lupa mengatakan jika Faris adalah pacarku selama lima tahun ini.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status