Cerita Tentang Bullying

Agar anakku, Edy Sudrian bisa masuk sekolah internasional yang terunggul, aku sudah mempersiapkan semua berkas selama setahun. Di hari terakhir pengecekan berkas masuk sekolah, semua berkas sudah disiapkan kecuali akta nikahku bersama suamiku, Eric Sudrian. Namun, begitu tiba di ruang pendaftaran, Eric justru menuduhku karena bertindak sepihak. Saat aku hendak membela diri, staf sekolah berkata dengan wajah aneh, "Nyonya Anida Kusuma, sistem mencatat bahwa pasangan sah Tuan Eric bukan Anda." Dalam seketika, aku langsung terdiam. Darah dalam tubuhku seakan membeku. Sebelum aku sadar kembali, Viona Hakana yang berdiri diam di belakang Eric langsung menyerahkan akta nikahnya. Usai memeriksa, staf sekolah pun mengangguk sambil berbicara, "Pak Eric dan Bu Viona telah menikah di bulan Juni empat tahun lalu, sehingga bisa diproses sekarang." Di bulan Juni empat tahun yang lalu. Hari itu adalah hari pertunanganku bersama Eric. Eric menggenggam tanganku di depan para tamu, kemudian bersumpah bahwa aku adalah satu-satunya cinta sejatinya. Namun, kalimat itu ternyata menipuku selama tujuh tahun.

Setelah lima tahun menikah, Rowan ingin menyerahkan aku kepada atasannya. Pertama kali, dia berkata, "Emma, kalau kamu temani dia minum, proyek itu akan menjadi milikku." Kedua kalinya, "Emma, temani dia tidur satu malam saja, jadi semua utangku akan lunas." Rowan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, tetapi dia mengingkarinya. "Emma, gimana kalau kamu memberinya seorang anak? Jadi dia bisa mengangkatku menjadi manajer umum." Pada hari Rowan dipromosikan menjadi manajer umum, aku menceraikannya, lalu menikah dengan atasannya.

Aku memberi tahu pacarku bahwa keluargaku mencari nafkah dengan memelihara sapi. Jadi, pacarku berpaling dan mendekati wanita lain, direktur perusahaan tempat kami bekerja. Wanita itu kehilangan sebuah gelang berharga. Orang yang pertama dia curigai adalah aku. "Lucy, kalau kamu yang ambil gelang itu, cepat kembalikan. Keluargamu cuma peternak sapi yang bau. Jangan nodai gelang Jillian dengan bau kotoran sapi. Dasar kampungan!" Dia tidak tahu saja kalau sapi yang kumaksud berjumlah puluhan ribu ekor dan kekayaan keluargaku mencapai ratusan miliar.

Pada hari Festival Perahu Naga, suamiku yang berprofesi sebagai direktur rumah sakit lagi-lagi berkata bahwa dia mendapat beberapa jadwal operasi darurat. Jadi, dia tidak bisa ikut pergi mengunjungi orang tuaku. Namun, ketika aku membuka Instagram beberapa saat kemudian, aku melihatnya sedang menyembelih kambing untuk pesta di desa asistennya. Keterangan di konten itu berbunyi sebagai berikut. [ Ibu bilang punya menantu seorang dokter memang menyenangkan, menyembelih kambing pun begitu cekatan. ] Aku hanya mendengus dan menekan tombol like, lalu menuliskan komentar. [ Namanya juga profesional. ] Para rekan kerjaku heboh di setiap grup. Semuanya mengira kali ini aku akan mengamuk pada suamiku. Suamiku langsung menelepon. Aku bisa membayangkan dia sedang mengernyit dengan ekspresi tak sabar di wajahnya sekarang. Andy berkata, "Ini hari penting di desa Nikki. Aku hanya datang untuk membantu mereka. Apa maksudmu sindir-sindir begitu? Nggak ada laki-laki di keluarganya yang bisa membantu dalam acara besar seperti ini. Aku hanya bantu-bantu, apa yang perlu kamu ributkan?" "Cepat hapus like dan komentarmu, jangan buat Nikki canggung di rumah sakit. Kamu dengar, 'kan? Setelah pulang nanti, aku baru luangkan waktu untuk menemanimu pulang kampung, oke?" tambahnya lagi. Selalu alasan yang sama. Andy berulang kali memberiku janji-janji kosong. Kali ini, aku sudah muak dan habis kesabaran. Setelah hari Festival Perahu Naga berlalu dan surat cerai didapatkan, pernikahan kami selama tujuh tahun pun akan berakhir sepenuhnya.

Ini bukan sebuah cerita yang mengisahkan tentang sepasang kekasih yang merasakan dilema besar tentang percintaan, melainkan tentang kisah seorang ayah dan anak. Sang anak yang mendambakan cinta dan kasih sayang dari ayahnya yang lebih memilih menomor satukan istri keduanya.Untuk Papa dari AleaMakasih, Papa udah ngurus Alea dari kecil hingga sekarang ini.Makasih, untuk kasih sayang yang Papa berikan untuk Alea.Makasih, Papa udah membiayai hidup Alea hingga sekarang ini.Makasih juga atas kebohongan yang selalu Papa berikan untuk Alea.Alea sayang Papa, Papa adalah cinta pertama untuk Alea.Tapi Papa juga adalah laki-laki pertama yang menyakiti hati Alea dan mama.Maka dari itu jangan salahkan Alea jika posisi Papa tidak lebih tinggi dari Kak Sean.

Cerita tentang Yusra, seorang anak pungut yang dijodohkan orang tua asuhnya. Yusra menikah, tetapi tidak mencintai Idham pilihan orang tuanya. Hati Yusra tetap mencintai Ervin. Ervin dan Yusra menjalin hubungan diam-diam hingga suatu kejadian membuat Yusra harus memilih meninggalkan Idham. Sekian tahun, akhirnya Yusra dapat bersatu lagi dengan Ervin.

My fiancé was obsessively possessive. I was the newly found real daughter. To make sure I couldn’t leave him, he had thugs assault me in an alley. Then he showed up pretending to be my savior, taking the beating himself. I developed depression and had no choice but to rely on him. Then the fake daughter showed up with her gang. Grabbing my face, she sneered, "I'm the only daughter of the Shaw family!" I was dunked in a toilet, my face slashed, my body violated, and every wound sewn shut with needles. Blood covered the floor. My fiancé burst in with my parents. Seeing my state, they got furious. "You filthy maid's daughter! How dare you?"

I was in the late stages of kidney failure, but my husband, Calvin Quayle, gave the kidney that was the best match for me to my younger sister, Louella Lassiter. The doctor urged me to wait for another donor, but I refused. I checked out of the hospital early. I had stopped caring long ago. What was even the point of fighting anymore? I transferred all the assets I'd accumulated over the years to Louella, finally pleasing Mom and Dad. I didn't even get mad when Calvin hovered over Louella like he was some kind of devoted nurse. Instead, I told him to take good care of her. And when my son, Nathan Quayle, said he wanted Louella to be his mom? I smiled and said yes. They got exactly what they wanted, so why were they suddenly regretting it now?

I was a mermaid from the deep sea. Out of curiosity and playfulness, I was caught by a fisherman and endured unbearable torment. Just when I was on the brink of death, Trevon Chapman happened to pass by and saved me. So, I gave up my identity as a mermaid princess, left the ocean behind, and followed him into the human world. For five years after our marriage, Trevon granted my every wish and showered me with affection. I truly believed I had found a safe harbor I could depend on for the rest of my life—until fate struck with its cruelest blow. Trevon's childhood sweetheart had fallen gravely ill, and only a mermaid’s tail could save her. I begged him desperately, but he responded with chilling indifference. "You're only losing your legs. Corinne is losing her life. Are you really that heartless? You're just going to watch her die?" "Besides, you can’t return to the sea anymore. That tail means nothing to you now. From now on, I’ll be your legs." After the surgery, I sat in a wheelchair, running my hand over the empty fabric where my legs should have been, and calmly demanded a divorce. Trevon pulled Corinne into his arms, sneering. "You're neither human nor fish now—a monster. Without me, the only road left for you is death." Yet in the end, when I transformed back into a mermaid and leapt into the sea, his cries and desperate sobs echoed across the waves.

After my husband's brother died, he took Miranda, his widowed sister-in-law in. He claimed that he would give me his love—but gave all his money to her. He said that since she had no official status, being with him would make her the subject of gossip, so he took her with him and left me behind in the countryside. Every month, he wrote me three love letters, yet sent all his allowance to her. During the famine, she and her two children sat in a warm little house eating well, while my two children died before I could return from selling my blood. One froze to death, the other starved to death. Later, my husband finally came back, but he didn’t shed a single tear for the children. Instead, he told me he wanted a divorce. "Nathalie, to apply for housing, we need a marriage certificate. It hasn’t been easy for Miranda all these years. I want to give her a home. Don’t worry, even if I marry her, I’ll still divorce her afterward—because you’re the only one I love." In the end, I was devastated and threw myself into the icy river. When I opened my eyes again, I was back on the day my children were about to die. This time, I shook them awake, ready to go reclaim everything that was rightfully mine.